Info

Duh, Pasien Covid-19 yang Sembuh Berisiko Alami Gangguan Kejiwaan!

Temuan yang diterbitkan dalam jurnal Brain, Behavior and Immunity ini meningkatkan kekhawatiran tentang efek psikologis virus.

Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi pasien Covid-19. (Shutterstock)
Ilustrasi pasien Covid-19. (Shutterstock)

Himedik.com - Ada banyak efek samping yang mengancam pasien Covid-19 setelah pulih. Tak hanya masalah kesehatan fisik, mereka juga berisiko mengalami gangguan kejiwaan.

Sebuah studi telah menemukan lebih dari separuh orang yang menjalani perawatan di rumah sakit akibat virus corona Covid-19 menderita gangguan kejiwaan.

Sebanyak 402 pasien yang dipantau setelah dirawat akibat virus corona Covid-19, ahli dari rumah sakit San Raffaele di Milan menemukan 55 persen pasien memiliki setidaknya satu gangguan kejiwaan.

Berdasarkan wawancara klinis dan kuesioner penilaian diri, menunjukkan adanya gangguan stres pasca-trauma (PTSD) pada 28 persen kasus, depresi pada 31 persen dan kecemasan 42 persen. Selain itu, 40 persen pasien mengalamii insomnia dan 20 persen memiliki gejala obsesif-kompulsif (OC).

Temuan yang diterbitkan dalam jurnal Brain, Behavior and Immunity ini akan meningkatkan kekhawatiran tentang efek psikologis virus.

Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@Anna Nandhu Kumar)
Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@Anna Nandhu Kumar)

"PTSD, depresi berat dan kegelisahan adalah kondisi berat yang tidak bisa dikomunikasikan," jelas studi tersebut dikutip dari The Guardian.

Jika mengingat dampak mengkhawatirkan infeksi virus corona Covid-19 pada kesehatan mental, wawasan terkini tentang peradangan dalam psikiatri dan pengamatan tentang peradangan yang lebih buruk mengarah pada depresi yang lebih buruk.

Karena itu, para ahli dalam studi merekomendasikan untuk menilai psikopatologi dari pasien virus corona Covid-19 yang berhasil pulih. Hal ini juga berfungsi untuk memperdalam penelitian tentang peradangan biomarker, mendiagnosis dan mengobati gangguan kejiawaan yang muncul.

Studi terhadap 265 pria dan 137 wanita menemukan bahwa wanita lebih kecil kemungkinannya meninggal akibat virus corona Covid-19 daripada pria. Bahkan pria lebih berisiko mengalami masalah psikologis.

Pasien virus corona Covid-19 dengan diagnosis psikiatrik positif sebelumnya akan menderita lebih parah daripada pasien yang belum pernah memiliki riwayat gangguan kejiwaan.

Para peneliti yang dipimpin oleh Dr Mario Gennaro Mazza, mengatakan hasil ini konsisten dengan studi epidemiologi sebelumnya. Mereka mengatakan efek psikiatris dapat disebabkan oleh respons kekebalan terhadap virus sendiri atau stresor psikologis seperti isolasi sosial, dampak psikologis dari penyakit parah dan berpotensi fatal menular ke orang lain.

Jika lamanya durasi rawat inap berkaitan dengan gejala PTSD, depresi, kecemasan dan OC. Sementara itu, pasien rawat jalan menunjukkan peningkatan kecemasan dan gangguan tidur.

"Mengingat keparahan yang lebih buruk dari virus corona Covid-19 pada pasien yang dirawat di rumah sakit, pengamatan ini menunjukkan bahwa lebih sedikit perawatan kesehatan bisa meningkatkan isolasi sosial dan kesepian akibat pandemi," jelas para peneliti.

Mereka mengatakan temuan ini mencerminkan penelitian sebelumnya tentang penyebaran virus corona Covid-19, termasuk SARS yang mana morbiditas psikiatris berkisar antara 10 persen hingga 35 persen pada tahap pasca-sakit.

Ada peringatan dari para ahli Inggris tentang gangguan otak pada pasien virus corona Covid-19. Gangguan otak ini termasuk peradangan otak, stroke dan psikosis yang berkaitan dengan virus corona Covid-19.

Berita Terkait

Berita Terkini