Info

Transportasi Umum Bukan Tempat Utama Penyebaran Virus Corona

Restoran dan kantor justru menjadi tempat yang bisa menyebarkan virus corona Covid-19 daripada transportasi umum.

Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi transportasi umum. (Pixabay/Pexels)
Ilustrasi transportasi umum. (Pixabay/Pexels)

Himedik.com - Semua orang selalu disarankan memakai masker dan berusaha menjaga jarak ketika menggunakan transportasi umum, seperti bus atau kereta. Karena, transportasi umum disebut sebagai tempat utama penyebaran virus corona Covid-19.

Tapi, studi baru justru menemukan bahwa transportasi umum (kereta api, bus dan pesawat) bukan tempat utama penyebaran virus corona Covid-19.

Studi ini mengklaim bahwa pemakaian masker dan jarak sosial yang tertib dilakukan membuat penyebaran virus corona Covid-19 di transportasi umum sangat minim terjadi.

Studi yang menganalisis ratusan wabah virus corona Covid-19 di Perancis, Austria dan Jepang melacak kurang dari satu persen insiden penyebaran virus corona Covid-19 di transportasi umum.

Bekerja di kantor atau duduk di restoran dan bar justru lebih berisiko menyebarakan virus corona Covid-19 daripada transportasi umum.

Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Shutterstock)
Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Shutterstock)

Menurut para ahli, orang yang menggunakan transportasi umum cenderung hanya tinggal di dalam bus atau kereta dalam waktu singkat dan biasanya tanpa bicara. Sehingga kebiasaan itu mengurangi difusi aerosol yang bisa menularkan virus.

Penggunaan masker yang diwajibkan ketika di dalam transportasi umum juga mengurangi risiko tertular virus corona Covid-19.

Namun dilansir dari Express, pemerintah menyarankan untuk memakai transportasi umum jika sangat diperlukan dan mendesak. Karena itu, penggunaan transportasi umum juga turun sekitar 90 persen.

Pedoman baru di Inggris juga menyarankan orang-orang untuk melakukan perjalanan menggunakan trasnportasi umum di luar jam sibuk, mengambil rute yang lebih sedikit transit, menggunakan metode pembayaran tanpa kontak dan jaga jarak.

Pelacak kontak yang mengamati 386 cluster virus corona Covid-19 antara Mei dan Juli di Paris menemukan hanya 4 yang mengalami penularan di transportasi umum, artinya hanya 1 persen.

Studi ini dilakukan oleh peneliti Sante Publique France, badan kesehatan publik nasional negara itu. Penelitian terhadap 297 insiden penyebaran virus corona di Austria bulan April hingga Mei 2020 juga menemukan tidak ada yang terkait dengan transportasi umum.

Di Tokyo sediri juga tidak ada kasus virus corona Covid-19 yang terkait dengan sistem kereta bawah tanah kota. Sedangkan di Singapura, menemukan risiko penyebaran virus corona dalam pertemuan interaksi sosial jauh lebih tinggi daripada angkutan umum yang mana semua orang memakai masker.

Mantan Komisaris Lalu Lintas Kota New York, Sam Schwartz, mengamati angka pelacakan kontak dan menemukan hanya 4 persen dari 1.300 virus yang dirawat di rumah sakit pada awal Mei 2020 menggunakan angkutan umum.

Para ahli mengaitkan rendahnya tingkat penularan virus corona pada angkutan umum sebagian besar akibat lebih sedikitnya jumpah penumpang, penggunaan masker dan langkah jarak sosial yang diberlakukan.

Meski begitu, disinfeksi bus dan kereta api secara teratur juga memainkan peran penting dalam mencegah infeksi virus corona Covid-19.

Ilustrasi kereta bawah tanah
Ilustrasi kereta bawah tanah

Dr Don Milton, seorang peneliti kesehatan lingkungan dan pakar transmisi aerosol di University of Maryland, mengatakan masing-masing lapisan ini saling bertumbuh satu sama lain untuk membuat segalanya lebih aman.

Sebelum pandemi virus corona Covid-19, sekitar 1.124.000 penumpan akan naik kereta bawah tanah di London antara jam 4 hingga 10 pagi hari. Tapi, data dari 29 Mei 2020 menunjukkan hanya 109.306 orang yang menggunakan transportasi umum tersebut.

Artinya, penurunan jumlah orang yang menggunakan transportasi umum seperti kereta bawah tanah itu menurun sebesar 90 persen dari tingkat pra-pandemi virus corona Covid-19.

Banyak pula perusahaan yang tidak meminta karyawannya kembali bekerja di kantor sampai paling tidak menjelang akhir tahun 2020 guna memastikan kesejahteraan mereka tidak berisiko saat datang bekerja.

Berita Terkait

Berita Terkini