Info

Studi: Orang Banyak Tertawa Cenderung Bisa Menghindari Stres

Sebuah studi menunjukkan bahwa orang yang banyak tertawa lebih bisa menghadapi peristiwa berat di masa depan.

Yasinta Rahmawati | Fita Nofiana

Ilustrasi tertawa. (iStock)
Ilustrasi tertawa. (iStock)

Himedik.com - Sebuah temuan peneliti menyebut bahwa orang yang banyak tertawa disebut lebih mampu menghadapi peristiwa yang membuat stres. Temuan ini dilakukan para peneliti dari University of Basel dan diterbitkan dalam jurnal PLOS ONE.

Melansir dari India Times, menurut perkiraan peneliti, seseorang umumnya tertawa sebanyak 18 kali setiap hari selama berinteraksi dengan orang lain dan tergantung pada tingkat kesenangan yang mereka alami.

Para peneliti juga melaporkan perbedaan terkait waktu, usia, dan jenis kelamin, rata-rata wanita tersenyum lebih banyak daripada pria. Divisi Psikologi Klinis dan Epidemiologi dari Departemen Psikologi di University of Basel menyelidiki hubungan antara peristiwa stres dan tawa.

Ilustrasi tertawa. (Shutterstock)
Ilustrasi tertawa. (Shutterstock)

Dalam studi longitudinal intensif, para peneliti mengajukan pertanyaan selama 14 hari. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terkait dengan frekuensi dan intensitas tawa serta alasan untuk tertawa.  Sementara pertanyaan mengenai stres berkisar antara peristiwa stres atau gejala stres yang dialami.

Dengan menggunakan metode ini, para peneliti dapat mempelajari hubungan antara tertawa, peristiwa stres, serta gejala stres fisik dan psikologis. Analisis didasarkan pada data dari 41 mahasiswa psikologi, 33 di antaranya adalah wanita dengan usia rata-rata di bawah 22 tahun.

Pada analisis pertama menunjukkan bahwa sering tertawa dikaitkan dengan gejala stres subjektif yang lebih rendah. Tapi pada analisis kedua menunjukkan bahwa kekuatan tertawa tidak memengaruhi gejala stres secara signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa sering tertawa lebih penting daripada keras atau lemahnya tertawa. 

"Ini bisa jadi karena orang lebih baik dalam memperkirakan seberapa sering mereka tertawa daripada intensitasnya," catat para peneliti. 

Berita Terkait

Berita Terkini