Info

Ahli: Pasien Sindrom Metabolik 3 Kali Berisiko Meninggal akibat Covid-19!

Pasien dengan sindrom metabolik yang terinfeksi virus corona Covid-19 memiliki risiko kematian lebih tinggi daripada lainnya.

Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni

ilustrasi pasien Covid-19. [Shutterstock].
ilustrasi pasien Covid-19. [Shutterstock].

Himedik.com - Para ahli kembali menemukan bahwa orang dengan sindrom metabolik memiliki risiko kematian akibat virus corona Covid-19 tiga kali lebih tinggi daripada lainnya.

Studi oleh Tulane University dilansir dari The Sun, juga menemukan bahwa orang yang berisiko menderita penyakit kardiovaskular memiliki tingkat kematian lebih tinggi saat terinfeksi virus corona.

Sindrom metabolik sendiri adalah sekelompok kondisi termasuk obesitas, tekanan darah tinggi, hipertensi, trigliserida tinggi dan kolesterol high-density lipoprotein (HDL) rendah.

Para ahli mengatakan semakin banyak seseorang didiagnosis kondisi tersebut, maka semakin buruk pula kondisinya ketika terinfeksi virus.

Ilustrasi pasien virus corona. (Shutterstock)
Ilustrasi pasien virus corona. (Shutterstock)

Para peneliti telah memantau kesehatan 287 pasien virus corona Covid-19 di rumah sakit Tulane Medical Center and University Medical Center di New Orleans.

Peneliti memantau para pasien sejak 30 Maret hingga 5 April 2020, yang mana bertepatan dengan puncak pandemi virus corona di News Orleans.

Hasilnya, para peneliti menemukan bahwa lebih dari 85 persen pasien berkulit hitam non-hispanik, 57 persen berusia rata-rata 61 tahun dan mayoritas wanita serta 66 persen pasien yang berpartisipasi memiliki sindrom metabolik.

Kondisi yang paling umum adalah hipertensi (80 persen), obesitas (65 persen), diabetes (54 persen) dan HDL rendah (39 persen).

Peneliti juga membagi dua kelompok, orang yang memiliki sindrom metabolik dan tidak. Hasilnya, 56 persen pasien sindrom metabolik harus menjalani perawatan intensif dan 24 persen tidak memerlukannya.

Selain itu, 48 persen pasien dengan sindrom metabolik membutuhkan ventilator dan 18 persen pasien tanpa kondisi tersebut membutuhkan ventilator.

Sebanyak 37 persen orang dengan sindrom metabolik juga mengembangkan sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS), dibandingkan dengan 11 persen pasien yang tidak memiliki kondisi tersebut.

Para peneliti menemukan bahwa 26 persen pasien dengan sindrom metabolik meninggal. Sedangkan, 10 persen pasien tanpa kondisi itu juga meninggal dunia.

Dengan begitu, para peneliti mengatakan orang dengan sindrom metabolik 3,4 kali lebih mungkin meninggal dibandingkan mereka yang tidak memiliki kondisi tersebut. Mereka juga lima kali lebih mungkin membutuhkan ventilator, mengembangkan ARDS dan dirawat di ICU.

Berita Terkait

Berita Terkini