Info

Gara-Gara Sampah, Banyak Makanan Laut di Pasaran Mengandung Plastik

Sebuah studi menunjukkan bahwa berbagai makanan laut memiliki kandungan plastik.

Yasinta Rahmawati | Fita Nofiana

Ilustrasi udang (Pixabay/jackmac34)
Ilustrasi udang (Pixabay/jackmac34)

Himedik.com - Makanan laut yang biasanya dikenal sehat bisa berisiko karena memiliki kandungan mikroplastik. Hal ini dinyatakan dalam sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Environmental Science & Technology.

Melansir dari Medical News Today, mikroplastik adalah potongan kecil plastik yang panjangnya kurang dari 5 milimeter, kira-kira seukuran biji wijen. Sementara nanoplastik berukuran kurang dari 100 nanometer yang juga terdapat di lingkungan laut.

Sebuah studi baru dari para ilmuwan di QUEX Institute, sebuah penelitian kemitraan antara University of Exeter di Inggris Raya dan University of Queensland di Australia menganalisis makanan laut dari pasar Australia. 

Para ilmuwan menemukan mikroplastik di setiap sampel makanan laut komersil yang mereka uji.

"Mempertimbangkan porsi rata-rata, pemakan seafood dapat terpapar sekitar 0,7 miligram (mg) plastik saat menelan rata-rata porsi tiram atau cumi-cumi, sementara dalam sarden kandungan plastik bisa mencapai 30 mg,” kata Francisca Ribeiro, penulis utama studi tersebut.

Para peneliti membeli lima jenis makanan laut, yakni lima kepiting biru liar, 10 tiram, 10 udang windu budidaya, 10 cumi-cumi liar, dan 10 sarden liar.

Setiap sampel ditimbang dan dicuci untuk menghilangkan sisa kemasan plastik. Untuk mengekstrak plastik yang ada, para ilmuwan menempatkan setiap sampel dengan pelarut alkali dan mengaduknya pada suhu 60 derajat Celcius dalam inkubator pengocok. Setelah pelarut mencerna sampel sepenuhnya, larutan dianalisis untuk melihat kandungan plastik.

Ilustrasi sampah plastik. (BBC)
Ilustrasi sampah plastik. (BBC)

Para peneliti kemudian menggunakan teknik spektrometri massa kromatografi gas pirolisis untuk mengidentifikasi keberadaan lima jenis plastik: polistiren, polietilen, polivinil klorida, polipropilen, dan poli (metil metakrilat). Plastik ini biasanya muncul dalam kemasan, tekstil sintetis, dan sampah laut. Dalam hal ini, para peneliti menemukan semua jenis plastik dalam sampel makanan laut. 

"Temuan kami menunjukkan bahwa jumlah plastik yang ada sangat bervariasi di antara spesies, dan berbeda di antara  spesies satu dengan yang lain," kata Ribeiro.

“Setiap spesies makanan laut yang dianalisis dalam penelitian ini memiliki fitur biologis, fisiologis, dan anatomis yang berbeda, serta hidup di kompartemen berbeda di lingkungan laut yang memengaruhi penyerapan dan potensi akumulasi mikroplastik,” imbuhnya. 

Sayangnya, sekitar 17 persen protein yang dikonsumsi manusia di seluruh dunia berasal makanan laut. Oleh karena itu, temuan tersebut menunjukkan bahwa orang yang rutin makan makanan laut juga rutin makan plastik.

Rekan penulis penelitian, Tamara Galloway dari Exeter University menyatakan bahwa masih membutuhkan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui dampak kesehatannya. 

"Kami tidak sepenuhnya memahami risiko menelan plastik bagi kesehatan manusia, tetapi metode baru ini akan memudahkan kami untuk mengetahuinya," imbuhnya. 

Berita Terkait

Berita Terkini