Info

Amankah Azitromisin untuk Pasien Covid-19? Ini Temuan Ahli!

Ahli perlu mempertimbangkan banyak hal sebelum menggunakan azitromisin untuk mengobati pasien virus corona Covid-19.

Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi obat-obatan - (Pixabay/PublicDomainPictures)
Ilustrasi obat-obatan - (Pixabay/PublicDomainPictures)

Himedik.com - Azitromisin merupakan antibiotik yang rencananya akan digunakan untuk mengobati pasien virus corona Covid-19. Tapi, antibiotik ini masih diselidiki efeknya terhadap kesehatan jantung.

Pada 2012 silam, FDA mengeluarkan peringatan yang menyatakan bahwa azitromisin berkaitan dengan masalah jantung. Namun, penelitian selanjutnya memberikan hasil yang beragam.

Para peneliti dari University of Illinois Chicago telah menemukan bahwa azitromisin berkaitan dengan peningkatan masalah jantung.

Bila obat itu dikonsumsi dengan obat lain yang memengaruhi fungsi listrik jantung, maka risiko masalah jantung juga meningkat.

"Temuan kami mestinya membuat para peneliti dan dokter mempertimbangkan azitromisin sebagai pengobatan potensial untuk pasien virus corona Covid-19," kata Haridarshan Patel, seorang peneliti di departemen sistem farmasi, di UIC College of Pharmacy, dikutip dari Times of India.

Ilustrasi Virus Corona (Unsplash/CDC)
Ilustrasi Virus Corona (Unsplash/CDC)

Patel dan timnya menemukan bahwa azitromisin yang diminum bersama dengan obat lain akan memengaruhi impuls listrik jantung. Kombinasi itu terkait dengan peningkatan 40 persen masalah jantung, termasuk pingsan, jantung berdebar-debar dan serangan jantung.

Menurut studi yang dipublikasikan di JAMA Network Open, obat yang memengaruhi impuls listrik jantung, khususnya interval dalam ritme elektrik, disebut interval QT atau pemanjangan QT.

Obat ini termasuk obat tekanan darah, seperti ACE inhibitor dan beta-blocker, beberapa antidepresan dan anti-malaria, seperti hydroxychloroquine dan chloroquine.

"Karena obat-obat perpanjangan QT digunakan begitu umum. Maka, temuan kami menyarankan bahwa dokter yang meresepkan azitromisin harus memastikan pasien juga tidak menggunakan obat perpanjangan QT," jelasnya.

Dalam studi sebelumnya, Patel dan rekan menemukan bahwa satu dari lima orang yang diresepkan azitromisin juga mengonsumsi obat yang memperpanjang QT.

Studi sebelumnya mengamati hubungan azitromisin dan masalah jantung dengan meneliti populasi tertentu yang cenderung lebih tua dan memiliki lebih banyak masalah kesehatan.

Risiko masalah jantung akibat azitromisin ini juga dibandingkan dengan penggunaan amoksisilin, antibiotik lain yang tidak pernah dikaitkan dengan masalah jantung dan tidak berdampak pada interval QT.

Para peneliti melihat data lebih dari 4 juta pasien yang terdaftar dalam rencana asuransi kesehatan swasta di rumah sakit. Mereka juga mengunjungi pasien penyakit jantung di UGD antara 2009 hingga 2015 yang mulai mengonsumsi amoksisilin atau azitromisin dalam 5 hari setelah kunjungan.

Hasilnya, ada sekitar 2 juta episode di setiap kelompok. Masalah jantung biasanya termasuk aritmia ventrikel, pingsan, palpitasi, dan henti jantung hingga kematian.

"Obat-obatan sering kali memperpanjang interval QT, tapi tidak membuat masalah jantung sembuh dari waktu ke waktu. Kami melihat kejadian yang menyebabkan kunjungan gawat darurat atau rawat inap dalam penelitian ini," kata Patel.

Namun, risiko kejadian jantung 40 persen lebih tinggi di antara pasien yang memakai pengobatan perpanjangan QT dan azitromisin secara bersamaan dibandingkan dengan kelompok amoksisilin.

Sebab, obat-obat pemanjangan QT dan azitromisin bergitu umum diresepkan. Meski jarang, risiko masalah jantung akibat kombinasi itu juga termasuk kondisi serius.

Maka dari itu, studi yang mengamati penggunaan azitromisin untuk melawan virus corona atau penyakit lain perlu hati-hati. Ahli perlu mempertimbangkan penggunaannya di antara pasien yang juga mengonsumsi obat untuk memperpanjang QT.

Berita Terkait

Berita Terkini