Info

Meski Sudah Pulih, Mantan Pasien Covid-19 Masih Kelelahan Berkepanjangan

Kelelahan memang menjadi salah satu gejala Covid-19 pada orang dewasa.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi kelelahan (Shutterstock)
Ilustrasi kelelahan (Shutterstock)

Himedik.com - Para peneliti berupaya memahami efek jangka pendek dan jangka panjang dari virus corona, lebih dari setengah peserta dalam studi baru, mantan pasien Covid-19 yang sudah pulih, masih mengalami kelelahan terus-menerus.

Dalam penelitian gabungan yang dipimpin Dr. Liam Townsend dari Trinity Translational Medicine Institute di St James's Hospital, Dublin, Irlandia, ditemukan bahwa kelelahan akut dirasakan oleh beberapa peserta, terlepas dari seberapa seriusnya infeksi Covid-19 yang pernah mereka derita.

"Kelelahan adalah gejala umum pada pasien terinfeksi virus corona. Sementara gejala telah diketahui dengan baik, konsekuensi jangka pendek dan panjang masih belum dieksplorasi," kata Townsend.

Penelitian tersebut melibatkan 128 pasien yang sudah pulih dan mereka dianalisis dua bulan setelah sakit. Lebih dari setengahnya, yakni sekitar 56 persen, dirawat di rumah sakit.

Ilustrasi kelelahan. [Shutterstock]
Ilustrasi kelelahan. [Shutterstock]

Setelah diteliti, mereka menemukan lebih dari setengah mantan pasien Covid-19 atau sekitar 52,3 persen melaporkan kelelahan terus-menerus, bahkan setelah mereka pulih dari penyakit.

Kondisi ini juga dirasakan oleh mereka yang tidak dirawat di rumah sakit yang artinya Covid-19 mereka tidak terlalu parah.

"Tidak ada hubungan antara keparahan Covid-19 dan kelelahan setelah terinfeksi. Selain itu, tidak ada hubungan antara antara penanda laboratorium rutin dari peradangan dan pergantian sel… dan kelelahan pasc Covid-19," tulis peneliti dalam rilis mereka, dilansir Fox News.

Hal yang menarik perhatian tim peneliti adalah peserta perempuan, khusus mereka yang mengidap depresi atau kecemasan, merasakan kelelahan yang parah. Lebih khusus lagi, dua pertiga dari pasien yang melaporkan kelelahan terus menerus adalah perempuan.

Menurut peneliti, studi ini dapat mendukung penggunaan intervensi non-farmakologis untuk mengatasi kelelahan tersebut.

"Intervensi ini perlu disesuaikan dengan kebutuhan setiap pasien, dan mungkin termasuk modifikasi gaya hidup, terapi perilaku kognitif, dan latihan pacu diri, jika dapat ditoleransi," kata mereka.

Sementara itu, penelitian yang belum dipublikasikan dalam jurnal peer-review tersebut akan dipresentasikan akhir bulan ini pada konferensi virtual yang diadakan oleh European Society of Clinical Microbiology and Infectious Diseases.

Berita Terkait

Berita Terkini