Info

Studi: Kebanyakan Terpapar Media Sosial Picu Trauma Sekunder selama Pandemi

Kebanyakan informasi soal pandemi virus corona Covid-19 malah bisa picu trauma sekunder.

Yasinta Rahmawati | Fita Nofiana

Kebanyakan terpapar media sosial. (pixabay)
Kebanyakan terpapar media sosial. (pixabay)

Himedik.com - Mengecek media sosial terus menerus untuk mengetahui berita mengenai virus corona Covid-19 selama pandemi ternyata bisa memicu depresi dan trauma sekunder. Hal ini dinyatakan oleh para peneliti dari Penn State dan Jinan University.

"Kami menemukan bahwa penggunaan media sosial bermanfaat hingga titik tertentu, karena memberikan dukungan informasional, emosional terkait dengan topik kesehatan Covid-19," kata Bu Zhong, profesor jurnalisme, Penn State seperti yang dikutip dari Medical Xpress

"Namun, penggunaan media sosial yang berlebihan menyebabkan masalah kesehatan mental. Oleh karena itu, sesekali berhenti menggunaan media sosial dapat meningkatkan kesehatan mental selama pandemi, ini sangat penting untuk mengurangi gangguan kesehatan mental akibat pandemi," imbuhnya. 

Melansir dari Medical Xpress, studi yang dipublikasikan secara online di jurnal Computers in Human Behavior itu melibatkan 320 peserta yang tinggal di distrik perkotaan Wuhan, Cina.

Pada Februari 2020, tim memberi peserta survei online yang menyelidiki bagaimana mereka mengakses dan berbagi informasi kesehatan dengan anggota keluarga, teman, dan kolega di media sosial, khususnya WeChat.

Cara memanfaatkan media sosial untuk rencanakan traveling. (Unsplash)
 memanfaatkan media sosial. (Unsplash)

Para peserta pada umumnya merasa terbantu dengan keberadaan WeChat untuk saling berbagai informasi. Namun kebanyakan informasi ini juga yang menurut Zhong memicu peristiwa trauma sekunder.

Trauma sekunder adalah trauma yang dialami oleh mereka  yang tak secara langsung mengalami kejadian. 

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih dari separuh responden melaporkan beberapa tingkat depresi di mana hampir 20 persen dari mereka menderita depresi sedang atau berat.

Sementara di antara responden yang melaporkan trauma sekunder, 80 persen di antara mereka melaporkan tingkat trauma yang rendah, sedangkan tingkat trauma sedang mencapai 13 persen dan tinggi 7 persen. Tak satu pun dari peserta yang melaporkan mengalami gangguan depresi atau traumatis sebelum survei dilakukan.

"Hasil kami menunjukkan bahwa penggunaan media sosial terkait dengan depresi dan trauma sekunder selama awal wabah Covid-19 di Wuhan," kata Zhong.

"Temuan ini menunjukkan bahwa mengambil jeda media sosial dari waktu ke waktu dapat membantu meningkatkan kesehatan mental orang selama pandemi Covid-19," imbuhnya. 

Berita Terkait

Berita Terkini