Info

Studi AS: Pasien Covid-19 Sulit Diselamatkan Jika Alami Komplikasi Ini

Covid-19 dapat membuat beberapa orang mengalami komplikasi.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi pasien Covid-19 (Shutterstock)
Ilustrasi pasien Covid-19 (Shutterstock)

Himedik.com - Covid-19 memengaruhi setiap orang secara berbeda. Beberapa di antaranya dapat mengalami komplikasi, seperti gagal napas akut, pneumonia, cedera hati akut, cedera jantung akut, cedera ginjal akut, dan syok septik.

Namun, memang lebih mengkhawatirkan jika dampak Covid-19 pada jantung, menurut laporan The Health Site.

Sebuah studi baru menunjukkan jika seseorang terkena serangan jantung saat dalam perawatan Covid-19, kemungkinan besar dokter tidak dapat menyelamatkan pasien tersebut.

Hasil penelitian tersebut berdasarkan observasi terhadap 1.309 pasien yang dirawat di rumah sakit Michigan, AS. Dari pasien tersebut, sebanyak 60 pasien menderita serangan jantung dan 54 di antaranya meninggal, tulis studi yang dipublikasikan di JAMA Internal Medicine pada Senin (28/9/2020) kemarin.

Artinya, setidaknya 90 persen pasien virus corona yang mengalami serangan jantung meninggal.

Medical ventilator yang sangat dibutuhkan para pasien Covid-19. Pabrikan otomotif juga akan menggarap ketersediaannya. Sebagai ilustrasi [Shutterstock].
Ilustrasi pasien Covid-19 parah [Shutterstock].

Berdasarkan catatan peneliti, 79 persen pasien mendapat bantuan bentilasi mekanis, 33 persen dalam proses terapi penggantian ginjal, dan 47 persen memakai vasopressor.

Temuan menunjukkan bahwa peluang selamat dari tehnik resusitasi jantung paru atau CPR mungkin sangat rendah untuk sebagian besar pasien virus corona yang akhirnya mengalami serangan jantung.

J. Randall Curtis, seorang profesor pulmonologi dari University of Washington di Seattle, yang tidak terlibat dalam studi mengatakan kemungkinan hal itu terjadi karena penyakit paru-paru mereka juga sangat parah sehingga tubuh tidak mendapat cukup oksigen dan tubuh mereka 'mati'.

Bahkan, apabila mendapat CPR, jantung mereka harus terus berjuang melawan kekurangan oksigen dalam tubuh akibat paru-paru yang rusak. Hal ini secara drastis mengurangi peluang pasien untuk bertahan hidup, tandas Curtis.

Berita Terkait

Berita Terkini