Himedik.com - Meskipun madu sering jadi pemanis alternatif yang sehat karena kandungan antioksidannya, para ahli memperingatkan agar tidak menambahkan pemanis tambahan ke makanan Anda, bahkan madu sekalipun.
"Penambahan gula dalam makanan jelas merupakan sesuatu yang harus dijaga agar tetap rendah, terlepas dari sumbernya," kata Maya Vadiveloo, asisten profesor ilmu nutrisi dan kesehatan di College of Health Science di University of Rhode Island di Kingston, kepada Medical Xpress.
Baca Juga
Studi: Stroke akibat Covid-19 Lebih Mungkin Terjadi pada Etnis Asia
Bikin Halusinasi, Studi JAMA sebut Magic Mushroom Bisa Redakan Depresi
Punya Kebiasaan Mendengkur? Peneliti AS Kembangkan Obat untuk Meredakannya
Pneumonia Jadi Penyebab Kematian Balita Kedua di Indonesia
Tetap Aman Naik Transportasi Umum, Terapkan Protokol Kesehatan Ini!
Jangan Malas Gerak! 3 Jenis Olahraga Ini Bisa Redakan Depresi dan Stres
"Secara holistik, saya akan mengatakan, mengonsumsi gula tambahan dalam jumlah besar baik dari madu, gula, sirup maple, atau sirup jagung tetap bukan hal yang baik," imbuhnya.
Melansir dari Medical Xpress, madu adalah zat manis yang dibuat saat lebah mengumpulkan nektar dari tanaman berbunga.
Madu sendiri tinggi antioksidan, seperti asam fenolik dan flavonoid yang dapat mendukung kesehatan yang lebih baik. Penelitian kecil pada manusia menunjukkan bahwa antioksidan madu dapat membantu meningkatkan kadar kolesterol baik yang dapat membantu menurunkan risiko penyakit jantung.
Karena kualitas tersebut, madu sering disebut-sebut sebagai pilihan yang lebih baik daripada gula rafinasi, terutama bagi penderita diabetes. Namun, para ahli menyatakan madu itu sendiri adalah bentuk lain dari gula dan sebaiknya dikonsumsi hanya dalam jumlah sedang.
Satu sendok makan madu mengandung 64 kalori tanpa serat, hampir tanpa vitamin dan sangat sedikit protein.
Cara lain untuk menggunakan madu secukupnya sebagai bagian dari pola makan sehat adalah menambahkan sedikit madu ke makanan yang cenderung tak dimaniskan sebelumnya.