Info

Studi JAMA Sebut Antidepresan OCD Bisa Ringankan Covid-19

Sebuah studi baru menunjukkan bahwa obat OCD mungkin berkhasiat mengurangi kerusakan masalah pernapasan pada pasien Covid-19.

Yasinta Rahmawati | Fita Nofiana

Ilustrasi virus corona Covid-19. (Shutterstock)
Ilustrasi virus corona Covid-19. (Shutterstock)

Himedik.com - Penelitian yang terbit pada jurnal JAMA  menunjukkan bahwa antidepresan yang biasa digunakan untuk merawat orang dengan gangguan obsesif kompulsif (OCD) mungkin akan mengurangi risiko masalah pernapasan pada pasien Covid-19. Obat OCD disebut mengurangi risiko masalah pernapasan jika dikonsumsi di minggu pertama setelah gejela. Obat ini adalah antidepresan fluvoxamine.

Melansir dari NDTV, penelitian menunjukkan bahwa tidak satu pun dari 80 pasien yang menggunakan antidepresan fluvoxamine mengalami kriteria kerusakan atau masalah pernapasan. Sementara 72 orang yang tidak mengonsumsi obat tersebut 8,3 persen menglami kerusakan dalam sistem pernapasan.

"Hasil uji coba fluvoxamine menggembirakan dan memerlukan evaluasi lebih lanjut dalam studi yang lebih besar," kata rekan penulis studi, Carolyn Machamer dari Johns Hopkins School of Medicine di AS.

"Ini perawatan yang dapat mencegah masalah paru-paru pada orang dengan gejala ringan Covid-19 sangat dibutuhkan," imbuhnya.

Menurut para ilmuwan, fluvoxamine yang biasanya digunakan untuk mengobati pasien OCD, memiliki sifat antiinflamasi yang kuat. Mereka percaya kemampuan ini dapat mencegah badai sitokin atau reaksi peradangan tubuh yang bisa mematikan.

Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@Anna Shvet)
Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@Anna Shvet)

Dalam penelitian tersebut, 152 peserta diuji coba di mana semuanya berusia 18 tahun atau lebih dengan diagnosis Covid-19 ringan. Mereka secara acak juga ditugaskan untuk menggunakan fluvoxamine atau plasebo.

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti mengatakan fluvoxamine berpotensi menurunkan risiko rawat inap pada pasien Covid-19.

"Kami sekarang memiliki bukti bahwa pil yang murah, aman, dan tersedia dapat mengurangi kerusakan pernapasan dan rawat inap akibat Covid-19," kata Steve Kirsch, rekan penulis studi lainnya.

Berita Terkait

Berita Terkini