Info

Kabar Baik! Peneliti AS Temukan 3 Obat Potensial untuk Covid-19

Peneliti Amerika Serikat mengajukan tiga obat yang mungkin potensial untuk Covid-19.

Yasinta Rahmawati | Fita Nofiana

Ilustrasi virus corona Covid-19. (Shutterstock)
Ilustrasi virus corona Covid-19. (Shutterstock)

Himedik.com - Berdasarkan skrining antivirus virtual dan in-vitro yang dimulai pada bulan-bulan awal pandemi covid-19, para peneliti Pusat Ilmu Kesehatan Universitas Tennessee (UTHSC) Amerika Serikat yang dipimpin oleh Colleen Jonsson, PhD, mengidentifikasi tiga obat potensial untuk Covid-19.

Melansir dari Healthshots,  Studi ini telah diterbitkan pada jurnal ACS Pharmacology and Translational Science.

Obat tersebut adalah zuclopenthixol, nebivolol, dan amodiaquine sebagai terapi yang menjanjikan untuk virus pada tahap awal. Amodiaquine adalah obat antimalaria, zuclopenthixol adalah antipsikotik, dan nebivolol adalah obat tekanan darah.

“Khususnya dalam konteks pandemi ini, ada kebutuhan untuk penelitian berkualitas tinggi yang dapat memberikan pengetahuan kritis tentang penyakit Covid-19 dan  pengobatan yang dapat diandalkan,” catat studi tersebut.

“Mengingat kebutuhan untuk meningkatkan kemanjuran dan keamanan, kami mengusulkan zuclopenthixol, nebivolol, dan amodiaquine sebagai kandidat potensial untuk uji klinis terhadap fase awal infeksi SARS-CoV-2,” tulis para peneliti.

Membandingkan obat  hidroksiklorokuin, para peneliti memeriksa 4.000 obat yang disetujui dan menemukan ketiganya bertindak serupa dengan hidroksiklorokuin dan bisa lebih aman.

Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@cottonbro)
Ilustrasi virus corona, covid-19. (Pexels/@cottonbro)

Penelitian menunjukkan bahwa obat-obat tersebut juga dapat meningkatkan kemanjuran ketika dikombinasikan dalam dosis yang lebih rendah dengan remdesivir, anti-virus yang diberikan izin penggunaan darurat oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA).

“Ini adalah penemuan yang sangat menarik dan kami menindaklanjuti potensi penggunaan zuclopenthixol, nebivolol, dan amodiaquine dalam studi penelitian tambahan,” kata kata Tudor Oprea, MD, PhD, profesor Ilmu Kedokteran dan Farmasi, kepala Divisi Informatika Translasional Universitas New Mexico dan penulis terkait di makalah tersebut.

Berita Terkait

Berita Terkini