Info

Walau Pernah Terinfeksi, Mantan Penderita Covid-19 Harus Tetap Divaksin!

Indonesia telah mendatangkan 1,2 juta dosis vaksin Covid-19 Sinovac Biotech.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi vaksin Covid-19. (Shutterstock)
Ilustrasi vaksin Covid-19. (Shutterstock)

Himedik.com - Vaksin Covid-19 dibuat secara optimal dengan memperhatikan berbagai aspek agar dapat menghasilkan respons kekebalan yang efektif melawan virus corona jenis baru.

Namun, apakah respons kekebalan dari vaksin jauh lebih baik daripada yang terbentuk sendiri dalam tubuh setelah seseorang terkena infeksi?

Ahli memang belum mengetahui jawabannya, tetapi mereka yakin vaksin merupakan 'taruhan' yang lebih aman karena telah melewati uji klinis dapat mencegah penyakit.

Vaksin untuk beberapa patogen, seperti bakteri pneumokokus, menghasilkan kekebalan yang lebih baik dibandingkan dari infeksi alami.

Bukti awal menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 kemungkinan termasuk dalam kategori ini, lapor The New York Times.

Vaksin Covid-19 buatan Sinovac disimpan di Kantor Pusat Bio Farma di Kota Bandung / [Foto: Sekretariat Presiden]
Vaksin Covid-19 buatan Sinovac disimpan di Kantor Pusat Bio Farma di Kota Bandung / [Foto: Sekretariat Presiden]

Hasil kilinis yang mendukung adalah vaksin Moderna, peserta studi yang divaksin memiliki lebih banyak antibodi daripada orang yang pernah terinfeksi SARS-CoV-2.

Namun, dalam kasus lain, memang ada respons kekebalan dari infeksi yang lebih kuat daripada vaksin. Penyakit gondongan, misalnya.

Sementara itu, pada orang yang mengalami gejala Covid-19 ringan, perlindungan antibodi yang dapat mencegah infeksi kedua dapat berkurang dalam beberapa bulan.

"Orang-orang itu mungkin mendapat lebih banyak manfaat dari vaksin dibanding yang lain," jelas Bill Hanage, ahli epidemiologi di Harvard T.H. Chan School of Public Health.

Variasi respons kekebalan dari infeksi alami pada setiap orang mungkin karena perbedaan jumlah virus yang terekspos pada masing-masing orang. Dengan vaksin, semua orang akan mendapat dosis yang sama.

"Kita tahu dosis yang diberikan, dan kita tahu bahwa dosis itu efektif menimbulkan respons kekebalan," tandas Jennifer Gommerman, ahli imunologi di University of Toronto.

Berita Terkait

Berita Terkini