Info

Hoaks Vaksin Covid-19 Beredar, dari Jarum Suntik Hilang hingga Kematian

Berita palsu soal Covid-19 ini beredar melalui media sosial.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi vaksin Covid-19. (Shutterstock)
Ilustrasi vaksin Covid-19. (Shutterstock)

Himedik.com - Vaksin Covid-19 yang sudah digunakan di Inggris dan Amerika Serikat telah memunculkan beragam berita palsu. Sebut saja mulai dari video hilangnya jarum saat vaksinasi hingga meninggalnya perawat setelah mendapat vaksin Covid-19.

Melansir BBC, berikut hoaks yang beredar di media sosial tentang vaksin Covid-19.

1. Jarum hilang

Orang-orang anti vaksin menyebarkan rekaman BBC News sebagai bukti mereka bahwa vaksin Covid-19 itu palsu.

Video ini telah memiliki 20 ribu lebih retweet dan setengah juga orang telah menontonnya.

Padahal dalam video tersebut sang perawat yang menyuntikkan vaksin menggunakan jarum suntik pengaman. Jadi, jarum secara otomatis akan masuk ke alat suntuk setelah digunakan.

Alat suntik pengaman telah digunakan secara luas selama lebih dari satu dekade. Alat ini melindungi orang-orang dari cedera dan infeksi.

Hoaks video jarum menghilang setelah vaksinasi Covid-19 (Twitter/ RDC Landscapes)
Hoaks video jarum menghilang setelah vaksinasi Covid-19 (Twitter/ RDC Landscapes)

2. Perawat meninggal di Alabama

Otoritas Kesehatan Masyarakat di Alabama merilis pernyataan berisi bantahan terhadap cerita palsu bahwa ada seorang perawat meninggal setelah mendapat vaksin Covid-19. Kisah hoaks ini ramai di Facebook.

Departemen kesehatan langsung menghubungi semua rumah sakit setelah mendengar kabar palsu tersebut dan mengonfirmasi tidak ada kematian pada penerima vaksin.

3. Video 'para ahli' yang membicarakan klaim palsu

Video berjudul Ask The Expert ini menampilkan sejumlah 30 kontributor dari beberapa negara, termasuk Inggris, AS, Belgia, dan Swedia.

Dalam diskusi, mereka menyebut bahwa Covid-19 merupakan sebuah penipuan terbesar dalam sejarah.

Klaim ini tentu tidak benar. Sudah banyak penelitian yang membuktikan bahwa Covid-19 benar-benar ada dan pasien yang menjadi saksi atas hal itu.

Video itu diunggah di platform website yang memposisikan dirinya sebagai alternatif dari YouTube, kata Olga Robinson, pakar disinformasi dari BBC Monitoring.

Berita Terkait

Berita Terkini