Info

Menurut Studi, Pasien Covid-19 Bisa Alami Kebocoran Pembuluh Darah di Otak

Sebuah studi menunjukkan bahwa pasien Covid-19 bisa alami kebocoran pembuluh darah di otak, apa dampaknya?

Yasinta Rahmawati | Fita Nofiana

Ilustrasi virus corona Covid-19 (Suara.com/Shutterstock)
Ilustrasi virus corona Covid-19 (Suara.com/Shutterstock)

Himedik.com - Menurut studi, virus corona Covid-19 dapat menyebabkan kebocoran pembuluh darah di otak. Hal ini dinyatakan dalam sebuah penelitian dari Inggris yang diterbitkan pada New England Journal of Medicine.

Melansir dari Healtshots, para peneliti secara konsisten menemukan tanda-tanda kerusakan yang disebabkan oleh penipisan dan kebocoran pembuluh darah otak pada pasien Covid-19. Namun mereka tidak melihat tanda-tanda SARS-CoV-2 pada sampel jaringan, yang menunjukkan bahwa kerusakan tersebut tidak disebabkan oleh serangan virus langsung ke otak.

"Kami menemukan bahwa otak pasien yang tertular infeksi SARS-CoV-2 mungkin rentan terhadap kerusakan pembuluh darah mikrovaskuler. Hasil kami menunjukkan bahwa hal ini mungkin disebabkan oleh respons peradangan tubuh terhadap virus," kata Avindra Nath, M.D., direktur klinis di Institut Gangguan Neurologis dan Stroke Nasional (NINDS) NIH dan penulis senior studi tersebut.

"Kami berharap hasil ini akan membantu dokter memahami spektrum lengkap masalah yang mungkin diderita pasien sehingga kami dapat memberikan perawatan yang lebih baik," imbuhnya.

Meskipun Covid-19 pada dasarnya adalah penyakit pernapasan, pasien sering mengalami masalah neurologis termasuk sakit kepala, delirium, disfungsi kognitif, pusing, kelelahan, dan kehilangan indra penciuman. Penyakit ini juga dapat menyebabkan pasien menderita stroke dan neuropatologi lainnya.

Ilustrasi virus corona, hidung, mimisan (Pixabay/mohamed_hassan)
Ilustrasi virus corona, hidung, mimisan (Pixabay/mohamed_hassan)

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penyakit tersebut dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan pembuluh darah, termasuk di otak. "Kerusakan terjadi di semua kelompok umur," catat para peneliti.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan pemeriksaan mendalam terhadap sampel jaringan otak dari 19 pasien yang meninggal setelah mengalami Covid-19 antara Maret hingga Juli 2020.

Berita Terkait

Berita Terkini