Info

China Mengimbau Vaksin Pfizer Tidak Disuntikkan pada Lansia, Mengapa?

Hal ini berkaitan dengan kasus kematian 23 orang di Norwegia.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi vaksin Covid-19. (Shutterstock)
Ilustrasi vaksin Covid-19. (Shutterstock)

Himedik.com - Pakar kesehatan asal China mengatakan penggunaan vaksin Covid-19 berbasis messenger RNA (mRNA), seperti yang diproduksi Pfizer, untuk para lansia harus dihentikan.

Menurut mereka, keamanan vaksin tersebut belum pasti, mengingat adanya kasus kematian 23 lansia di Norwegia setelah mendapat vaksin, lapor Global Times.

Seorang ahli imunologi China mengatakan vaksin mRNA menggunakan teknologi baru yang belum pernah digunakan dalam skala besar untuk pencegahan penyakit menular, dan keamanannya belum dikonfirmasi untuk penggunaan skala besar pada manusia.

Mereka juga mengatakan insiden kematian di Norwegia membuktikan bahwa kemanjuran vaksin mRNA Covid-19 tidak sebaik yang diharapkan.

Hingga Kamis (14/1/2021), Norwegia telah melaporkan 23 kematian sehubungan dengan vaksin.

Sebuah botol vaksin Pfizer untuk Covid-19 di sebuah rumah sakit di Le Mans, Prancis. [AFP/Jean Francois Monier]
Sebuah botol vaksin Pfizer untuk Covid-19 di sebuah rumah sakit di Le Mans, Prancis. [AFP/Jean Francois Monier]

"Sejauh ini, 13 di antaranya telah diidentifikasi. Efek samping yang umum mungkin telah menyebabkan penyakit parah pada orang lanjut usia yang lemah," kata Badan Obat Norwegia di situs resminya.

Semua kematian terjadi pada pasien lanjut usia di panti jompo. Semuanya berusia di atas 80 tahun dan beberapa di antaranya berusia di atas 90 tahun.

Sejauh ini Norwegia telah menggunakan dua vaksin Covid-19, yakni Comirnaty dari Pfizer/BioNTech, dan Moderna.

Kedua vaksin tersebut telah dikembangkan dengan teknologi mRNA dan telah menerima persetujuan sementara di UE.

Norwegia meluncurkan kampanye vaksinasi massal pada akhir Desember, dengan warga tertua dan penghuni panti jompo divaksinasi dahulu, termasuk mereka yang berusia di atas 85 tahun.

Badan Obat Norwegia mengakui bahwa studi yang menjadi dasar untuk untuk persetujuan sementara vaksin tersebut hanya melibatkan sangat sedikit lansia di atas 85 tahun, dan hanya sedikit yang diketahui tentang bagaimana efek samping memengaruhi kelompok usia tersebut.

"Kami berasumsi bahwa efek sampingnya sebagian besar akan sama pada orang tua seperti pada mereka yang berusia di atas 65 tahun," kata badan tersebut.

Pakar China mengatakan insiden kematian harus diselidiki dengan hati-hati untuk memahami apakah kematian itu disebabkan oleh vaksin atau penyakit komorbid.

Ahli virologi China dari Universitas Wuhan, Yang Zhanqui, menjelaskan bahwa zat beracun dapat berkembang selama proses vaksinasi mRNA, yang artinya keamanan vaksin tidka dapar sepenuhnya terjamin.

Berita Terkait

Berita Terkini