Himedik.com - Sebuah penelitian menunjukkan bahwa perempuan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami henti jantung daripada pria.
Melansir dari Mdlix, henti jantung mendadak terjadi akibat kerusakan listrik jantung yang menyebabkan jantung berhenti berdetak. Tingkat harapan hidup untuk henti jantung di luar rumah sakit hanya 10 persen.
Baca Juga
Benarkah Obesitas Pengaruhi Efektivitas Vaksin Covid-19? Ini Kata Ahli!
Cegah Penyebaran Virus Corona, Ahli Sarankan Rutin Disinfeksi Sikat Gigi
Ahli Sarankan Anjing dan Kucing Harus Suntik Vaksin Covid-19
Varian Baru Virus Corona Afrika Selatan Picu Infeksi Ulang, Ini Kata Ahli!
Donor Darah Usai Suntik Vaksin Covid-19, Amankah?
Studi: Anak-Anak 60 Persen Lebih Mungkin Tularkan Corona Ketimbang Lansia
"Kematian mendadak pada jam-jam malam adalah fenomena yang membingungkan dan mengagetkan," kata penulis studi senior Dr. Sumeet Chugh, direktur Pusat Pencegahan Serangan Jantung di Cedars-Sinai Smidt Heart Institute, di Los Angeles.
"Kami terkejut menemukan bahwa menjadi perempuan bisa jadi prediktor independen dari peristiwa ini," kata Chugh.
Antara 17 persen hingga 41 persen dari perkiraan 350.000 serangan jantung mendadak di Amerika Serikat setiap tahu, terjadi antara pukul 10 malam dan pukul 6 pagi. Untuk penelitian tersebut, para peneliti menganalisis data pada lebih dari 3.200 kasus henti jantung mendadak di siang hari dan 918 kasus di malam hari.

Para peneliti menemukan bahwa lebih dari 25 persen kasus yang melibatkan wanita terjadi pada malam hari, dibandingkan dengan hampir 21 persen kasus yang melibatkan pria. Penelitian ini dipublikasikan secara online pada 19 Januari di jurnal Heart Rhythm.
"Diperlukan lebih banyak penelitian untuk mempelajari tentang alasan perempuan mengalami risiko lebih tinggi, tetapi komponen pernapasan perempuan mungkin lebih berperan," kata penulis penelitian.