Himedik.com - Orang di usia 45-64 tahun atau patuh baya yang merasa kesepian terus menerus lebih berisiko mengalami demensia dan Alzheimer di kemudian hari.
Namun, orang yang pulih dari kesepian tampaknya lebih kecil kemungkinannya menderita demensia dibandingkan dengan orang yang tidak pernah merasa kesepian.
Baca Juga
3 Kelompok ini Berisiko Alami Efek Samping Vaksin Covid-19, Anda Termasuk?
Bolehkah Menyusui setelah Vaksin Covid-19? Ini Kata Ahli!
Jangan Abaikan Sakit Kepala Usai Vaksin Covid-19, Bisa Jadi Kondisi Serius!
Turunkan Risiko Diabetes Tipe 2, Yuk Sarapan sebelum Pukul Setengah 9
Dikenal Sebagai Obat Kuat, Viagra Mungkin Bermanfaat untuk Jantung
Kasus Langka, Seorang Wanita Selalu Menangis Darah Saat Periode Menstruasi
Melansir dari Medical Xpress, kesepian adalah perasaan subjektif yang dihasilkan dari ketidaksesuaian yang dirasakan antara hubungan sosial yang diinginkan dan yang sebenarnya.
Meskipun kesepian itu sendiri tidak memiliki status penyakit klinis, hal itu dikaitkan dengan berbagai hasil kesehatan negatif, termasuk gangguan tidur, gejala depresi, gangguan kognitif, dan stroke.
Perasaan kesepian dapat terjadi pada siapapun di masa hidup, terutama dalam keadaan yang ekstrem dan tidak terselesaikan dengan cepat seperti penguncian Covid-19. Namun, setiap orang berbeda dalam durasi kesepian atau seberapa besar rasa kesepian yang mereka alami.
Dalam upaya untuk menjelaskan hubungan antara berbagai bentuk kesepian ini (kesepian sementara dan terus-menerus) dan kejadian demensia, para peneliti dari Fakultas Kedokteran Universitas Boston (BUSM) memeriksa data yang melibatkan orang dewasa yang secara kognitif normal dari Framingham Heart Study.
Secara khusus, mereka menyelidiki apakah kesepian yang terus-menerus lebih kuat memprediksi perkembangan demensia dan alzheimer di masa depan daripada kesepian sementara.
Hasil menunjukkan bahwa kesepian yang terus-menerus dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi mengalami demensia dan Alzheimer. Namun sembuh dari kesepian malah bisa melindungi atau menunda seseorang terkena penyakit kognitif tersbeut hingga 18 tahun.
"Ketahanan psikologis setelah pengalaman hidup yang merugikan dapat menjelaskan mengapa kesepian sementara bersifat melindungi dalam konteks onset demensia," jelas penulis yang sesuai, Wendy Qiu, MD, Ph.D., profesor psikiatri dan farmakologi & terapi eksperimental di BUSM.