Info

Azheimer Lebih Cepat Berkembang pada Perempuan, Begini Menurut Studi

Penyakit Alzheimer tampaknya berkembang lebih cepat pada perempuan ketimbang pria.

Yasinta Rahmawati | Fita Nofiana

Ilustrasi alzheimer. (Pixabay/geralt)
Ilustrasi alzheimer. (Pixabay/geralt)

Himedik.com - Penelitian dari Universitas Lund di Swedia menunjukkan bahwa Alzheimer mungkin lebih cepat berkembang pada perempuan. Studi tersebut telah diterbitkan pada jurnal Brain

Melansir dari Healthshots, penelitian menunjukkan bahwa protein Tau dan beta-amyloid adalah dua protein yang diketahui berkumpul dan menumpuk di otak pada pasien penderita Alzheimer.

Protein pertama yang berkumpul di Alzheimer adalah beta-amiloid. Perempuan dan pria sama-sama dipengaruhi oleh tahap penyakit pertama dan analisis tidak menunjukkan adanya perbedaan dalam akumulasi beta-amiloid.

Disfungsi memori muncul kemudian saat Tau mulai menumpuk. Dalam hal ini, perempuan lebih cepat mengakumulasikan Tau daripada pria, sehingga meningkatkan pertumbuhan penyakit Alzheimer lebih cepat.

"Tingkat akumulasi Tau sangat bervariasi antara individu dengan jenis kelamin yang sama, tetapi di lobus temporal yang dipengaruhi oleh penyakit Alzheimer kami menemukan tingkat akumulasi 75 persen lebih tinggi pada perempuan sebagai kelompok dibandingkan dengan pria," jelas Ruben Smith, penulis pertama penelitian.

Akumulasi Tau lebih cepat pada pasien yang sudah memiliki akumulasi patologis beta-amiloid dan berada pada fase awal penyakit. 

Ilustrasi (Shutterstock)
Ilustrasi (Shutterstock)

"Langkah selanjutnya adalah memeriksa mengapa akumulasi ini lebih cepat pada perempuan," kata Sebastian Palmqvist, peneliti yang bertanggung jawab atas penilaian kognitif pasien.

Studi tersebut belum menyelidiki alasan tingkat akumulasi Tau yang lebih tinggi pada wanita.

"Studi kami dengan kuat menunjukkan bahwa penyebaran Tau yang lebih cepat membuat perempuan lebih rentan mengembangkan demensia karena patologi Alzheimer dibandingkan pria. Studi eksperimental di masa depan akan menjadi penting untuk memahami alasan di balik ini," imbuh para peneliti. 

Berita Terkait

Berita Terkini