Himedik.com - Terapi plasma konvalesen menjadi salah satu pengobatan eksperimental yang disebut bisa membantu banyak pasien Covid-19 sembuh lebih cepat. Lalu seperti apa metode donor plasma tersebut?
Melansir dari Healthshots, terapi plasma yang juga disebut terapi plasma penyembuhan adalah prosedur untuk menyembuhkan virus corona. Dalam perawatan ini, bagian cairan kekuningan dari darah yang diambil dari seseorang yang telah sembuh dari Covid-19.
Baca Juga
Nyaman dan Aman, DKT Indonesia Luncurkan KB Suntik 2 Bulanan
Puasa Tak Boleh Loyo, Yuk Penuhi Gizi Seimbang Berikut
Orangtua Perlu Tahu, Simak 6 Tanda Anak Berpotensi Alami Strunting
Waspada, 6 Tanda Kanker Berikut Sering Diabaikan Perempuan
Waspada, Masalah Mata Bisa Jadi Tanda Awal Stroke pada Lansia
Wajah Wanita akan Jadi Lebih Menarik Saat Masa Subur, Benarkah?
Cairan ini kemudian disuntikkan ke pasien yang menderita infeksi. Laboratorium dapat memisahkan plasma dari darah melalui proses yang disebut sentrifugasi.
Plasma membantu menyembuhkan Covid-19 karena mengandung antibodi. Ketika tubuh Anda berhasil melawan infeksi, antibodi yang dihasilkannya disimpan dalam plasma. Dengan menyuntikkan plasma dari seseorang yang telah pulih ke seseorang yang mengidap Covid-19, orang tersebut kemungkinan besar sembuh lebih cepat.
Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA), waktu terbaik untuk menyumbang plasma darah adalah sekitar dua minggu setelah Anda sembuh total dari infeksi. Tapi jika Anda ingin mendonor plasma, Anda perlu menunjukkan bukti bahwa Anda pernah tertular Covid-19.
Berikut beberapa kriteria ideal untuk mendonorkan plasma konvalesen, antara lain:
1. Pendonor harus berbobot 55 kilogram ke atas
2. Berusia antara 18 hingga 60 tahun
3. Diutamakan laki-laki, jika perepuan belum pernah hamil
4. Tidak menerima transfusi darah selama 6 bulan terakhir
5. Pendonor sebaiknya memiliki gejala saat terinfeksi Covd-19 (demam, pilek, batuk, dll), karena pasien tersebut memiliki kemungkinan lebih besar untuk memiliki antibodi anti-SARS-Cov-2 IgG dibandingkan dengan pasien tanpa gejala.
6. Dilakukan 28 hari setelah gejala sembuh total