Info

Kebiasaan Makan Keripik Kentang dan Cokelat Bisa Perburuk Kesehatan Ginjal

Kebiasaan makan keripik kentang dan cokelat bisa memperburuk kesehatan ginjal.

Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi keripik kentang. (Pixabay/avantrend)
Ilustrasi keripik kentang. (Pixabay/avantrend)

Himedik.com - Apakah Anda suka makan keripik kentang, roti, dan cokelat sebagai camilan? Sayangnya, camilan yang sering dianggap aman dan sehat ini justru bukan pilihan terbaik.

Sebuah penelitian berbasis hewan pengerat baru mengungkapkan bahwa konsumsi makanan olahan bisa menyebabkan sindrom usus bocor, yang bisa meningkatkan risiko penyakit ginjal.

Studi ini dipimpin oleh para peneliti di Monash University di Australia, menunjukkan bahwa makanan yang diolah dalam suhu panas atau kaya akan senyawa kimia berbahaya disebut Advanced Glycation End Products (AGEs).

Bahan kimia ini memberi rasa dan aroma pada makanan yang kecokelatan, dipanggang, digoreng. Sedangkan, AGEs memicu proses yang disebut reaksi Maillard dan mengaktifkan sinyal bahaya tubuh yang mengarah ke respons inflamasi dan penyakit ginjal kronis.

Tapi, konsumsi makanan yang mengandung serat pati resisten tinggi, seperti gandum, nasi yang dimasak dan didinginkan, barley, kacang-kacangan dan polong-polongan, termasuk kacang hitam, tepung kentang, kentang yang dimasak bisa membantu memulihkan kesehatan usus dan meningkatkan kesehatan ginjal.

Ilustrasi keripik kentang. (Pixabay/avantrend)
Ilustrasi keripik kentang. (Pixabay/avantrend)

"Makanan ini penting karena akan masuk ke usus bawah dan berfungsi sebagai makanan untuk bakteri usus Anda," kata penulis utama Melinda Coughlan, Associate Professor di Monash Central. Departemen Diabetes Sekolah Klinis dikutip dari The Hans India.

Bakteri usus ini memfermentasi metabolit penghasil makanan yang antiinflamasi. Secara global, 10 persen orang terkena penyakit ginjal kronis. Konsumsi makanan olahan juga berkaitan dengan risiko semua penyebab kematian, diabetes, hipertensi, obesitas, kanker dan penyakit saluran cerna.

Melinda Coughlan mengatakan perubahan pola makan mungkin akan lebih sulit dipertahankan dalam jangka waktu lama, seperti kebanyakan perubahan perilaku lainnya.

Tapi, mengonsumsi lebih banyak makanan berserat pati resisten dan praktik masak dengan mengukus maupun merebus bisa membantu mengurangi efek bahayanya.

Berita Terkait

Berita Terkini