Info

Suka Mengelupas atau Mencakar Kulit? Waspada Gangguan Mental Ini!

Mengelupas kulit sehat dan dilakukan terus-menerus bisa menjadi tanda adanya gangguan mental.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi masalah kulit - (Shutterstock)
Ilustrasi masalah kulit - (Shutterstock)

Himedik.com - Kebiasaan mengelupas keropeng karena tangan yang 'gatal' adalah hal umum, tetapi jika sampai mengelupas kulit sehat dan dilakukan terus-menerus, kemungkinan hal ini menjadi tanda bahwa orang tersebut memiliki gangguan mental.

Kebiasaan mengelupas, menggingit, hingga mencakar kulit disebut sebagai gangguan eksoriasi atau dermatillomania, penyakit mental yang berakitan dengan gangguan obsesif-kompulsif (OCD).

"Kita semua terkadang mengelupas kulit, tetapi bagi orang dengan kelainan pengelupasan kulit sangat sulit untuk berhenti," kata Lisa Zakhary, MD, Ph.D., direktur medis Rumah Sakit Umum Massachusetts (MGH) Pusat OCD.

Zakhary mengatakan bahwa penderita gangguan ini bisa mengelupas kulit di wajah, punggung, lengan, tungkai, tangan, dan kaki. Biasanya penderita menggunakan kuku untuk melakukannya, tulis Vogue UK.

Psikolog Jenny Yip, pendiri Renewed Freedom Center, menambahkan bahwa gangguan pengelupasan kulit merupakan perilaku berulang yang berfokus pada tubuh. Ini juga mencakup kebiasaan seperti menggigit kuku, mengelupas bibir, dan trikotilomania.

Ilustrasi kulit yang dikelupas (Shutterstock)

Tanda yang terlihat dari gangguan eksoriasi adalah banyaknya lesi kulit sekunder, seperti goresan, bisul, atau keropeng, tanpa adanya penyakit kulit primer.

"Pengelupasan kulit kronis dapat menyebabkan kebiasaan atau siklus gatal atau menggaruk yang tidak ada habisnya, kerusakan dan infeksi kulit, banyak stigmata estetika, seperti hiperpigmentasi, penebalan kulit reaktif, dan nodul pemetik," jelas evan Rieder, dokter kulit NYU Langone.

Umumnya keinginan untuk mengelupas kulit muncul saat melihat kulit yang dirasa tidak sempurna.

"Jika mereka melihat sesuatu yang terlihat tidak sempurna, misalnya seperti bintil di kulit, mereka akan terdorong untuk mengelupasnya," kata Yip.

"Rasanya mirip seperti Anda punya keropeng yang siap lepas, dan Anda memiliki keinginan kuat untuk menghilangkannya," sambung Yip.

Sebenarnya, penderita gangguan ini akan merasa bersalah dan malu setelah mengelupas kulit. Biasanya ini terjadi ketika ia sudah melakukannya hingga berdarah.

"Oleh karenanya, ketika itu benar-benar terjadi dan mencapai titik pendarahan, ada banyak rasa malu dan bersalah. Ini menjadi lingkaran setan karena perasan tersebut dapat memicu keinginan untuk mengelupas kulit lagi," pungkas Yip.

Berita Terkait

Berita Terkini