Himedik.com - Penelitian di Skotlandia menemukan virus corona Covid-19 varian Delta meningkatkan risiko pasien rawat inap di rumah sakit 2 kali lipat dibandingkan dengan infeksi varian Alpha, khususnya pasien dengan 5 atau lebih penyakit penyerta.
Karena itu, Skotlandia pun menetapkan bahwa varian Delta ini menjadi strain virus corona Covid-19 yang paling dominan di negara itu sekitar sebulan yang lalu.
Baca Juga
Mengenal Cacar Monyet, Apakah Penyakit ini Mematikan?
Cukup Lakukan 15 Menit Sehari, Aktivitas Berikut Bantu Kontrol Kolesterol
Anji Terseret Kasus Narkoba, Hati-hati Efek Ganja Pada Kesehatan Tubuh!
Hati-hati, Sering Berkeringat Saat Malam Hari Bisa Jadi Tanda Kanker Ginjal
Terapi Monoklonal, Benarkan Metode ini Bisa Obati Pasien Covid-19?
Catat! 5 Makanan yang Berguna untuk Kesehatan Mata Selain Wortel
Para peneliti atas nama Kesehatan Masyarakat Skotlandia, menganalisis data menggunakan program pengawasan Covid-19 untuk menyelidiki risiko pasien rawat inap rumah sakit dan memperkirakan efektivitas vaksinasi guna mencegah risiko rawat inap akibat varian Delta.
Selama proses Penelitian antara 1 April hingga 6 Juni 2021, ada 19.543 kasus virus corona, 377 di antaranya memerlukan rawat inap. Dari rawat inap tersebut, 134 kasus adalah S gen-positif.
Dalam analisis sebelumnya, para peneliti telah menentukan bahwa 97 persen gen S, kasus positif yang diurutkan di Skotlandia adalah varian Delta. Sedangkan, 99 persen varian Delta adalah gen S positif. Kasus gen-negatif S diklasifikasikan sebagai infeksi varian Alpha.
Dalam data tersebut, para peneliti mencatat bahwa kasus positif gen S terjadi pada semua usia. Tapi, kasus positif gen S atau varian Delta ini paling banyak menimpa anak-anak usia muda dibandingkan varian Alpha.
Mereka juga menemukan bahwa kasus gen S positif dikaitkan dengan peningkatan risiko rawat inap, jika dibandingkan dengan kasus gen S negatif. Bahkan, orang yang memiliki banyak penyakit penyerta akan lebih berisiko tinggi.
Namun, mereka juga menemukan bahwa vaksin AstraZeneca maupun vaksin Pfizer terlah terbukti mampu mengurangi risiko infeksi dan rawat inap akibat varian Delta.
Sayangnya, perlindungan yang diberikan oleh kedua suntikan vaksin Covid-19 terhadap infeksi varian Delta tergolong lebih rendah dibandingkan varian Alpha.
Sementara itu, para peneliti juga mencatat bahwa analisis ini bersifat observasional dan perkiraan efektivitas vaksin Covid-19 perlu ditarfsirkan dengan hati-hati.
"Ringkasnya, kami menunjukkan bahwa varian Delta di Skotlandia ditemukan paling banyak pada orang kelompok usia lebih muda," kata para peneliti dikutip dari Fox News.
Para peneliti pun menyimpulkan risiko pasien varian Delta rawat inap di rumah sakit juga meningkat 2 kali lipat dibandingkan pasien varian Alpha. Risiko rawat inap ini semakin meningkat bila seseorang memiliki 5 penyakit penyerta atau lebih.