Info

Awas, Ancaman Penyakit RSV Mengintai Usai Pandemi Virus Corona Berakhir!

CDC memperingatkan adanya ancaman penyakit RSV ketika pandemi virus corona nantinya berakhir.

Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi pandemi virus corona (Pixabay/nastya_gepp)
Ilustrasi pandemi virus corona (Pixabay/nastya_gepp)

Himedik.com - Kasus respiratory syncytial virus (RSV) terdeteksi di Amerika Serikat selama beberapa minggu terakhir. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) pun memperingatkan kasus ini bisa menjadi ancaman baru usai pandemi virus corona berakhir.

CDC mengatakan bahwa RSV adalah penyakit di tengah pandemi virus corona Covid-19 yang bisa membuat anak-anak dan orang dewasa menderita parah.

RSV adalah virus pernapasan umum yang bisa menyebabkan gejala ringan, seperti pilek. Tetapi, seseorang dengan penyakit ini biasanya sembuh dalam kurun waktu 1 hingga 2 minggu.

Berdasarkan laporan yang dilansir dari Fox News, hampir semua anak diperkirakan telah mengalami infeksi RSV pada tahun kedua kehidupannya. Tapi, CDC memperingatkan bahwa bayi dan balita adalah kelompok yang paling berisiko menderita parah ketika terserang RSV, karena memiliki tidak memiliki jumlah paparn yang biasa.

CDC pun memperingatkan bahwa kasus RSV ini terlihat meningkat di wilayah selatan AS. Pihaknya menyarankan petugas kesehatan melakukan pengujian yang lebih luas untuk mendeteksi kasus RSV. Karena, RSV termasuk penyakit pernapasan akut, meskipun seseorang negatif virus corona Covid-19.

Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Dok. Envato)
Ilustrasi virus Corona Covid-19. (Dok. Envato)

Infeksi RSV di AS biasanya terjadi selama musim dingin dan flu di musim gugur dan musim dingin. Tapi, kasus ini sempat terlihat menurun cukup signifikan pada April 2020. Hal ini mungkin disebabkan oleh aturan pembatasan sosial dan di rumah aja untuk mengurangi penyebaran virus corona.

Bahkan, jumlah kasus RSV ini tetap rendah sejak Mei 2020 hingga Maret 2021. Setelah itu, CDC mengamati adanya peningkatkan jumlah kasus RSV yang dilaporkan ke Sistem Pengawasan Virus Pernapasan dan Enterik Nasional (NREVSS).

Pejabat kesehatan pun memperingatkan bahwa peningkatan jumlah kasus RSV ini mungkin dipengaruhi oleh aturan pembatasan sosial yang mulai dilonggarkan, meskipun pandemi virus corona belum berakhir.

"Karena berkurangnya sirkulasi RSV selama bulan-bulan musim dingin 2020-2021, bayi dan balita mungkin berisiko lebih tinggi terkena penyakit RSV. Karena, mereka kemungkinan tidak memiliki tingkat paparan RSV yang khas selama 15 bulan terakhir," kata CDC.

Pada bayi di bawah enam bulan, infeksi RSV dapat menyebabkan gejala iritabilitas, pola makan yang buruk, lesu dan apnea dengan atau tanpa demam.

Pada bayi yang lebih tua dan anak kecil, rinore dan penurunan nafsu makan dapat muncul satu hingga tiga hari sebelum batuk. Terkadang, gejalanya juga disertai bersin, demam dan mengi.

Pada orang dewasa, gejala RSV biasanya konsisten dengan infeksi saluran pernapasan atas, termasuk rinore, faringitis, batuk, sakit kepala, kelelahan dan demam.

Pada kasus yang parah, RSV juga bisa menyebabkan infeksi parah, seperti bronkiolitis, radang saluran udara kecil di paru-paru, pneumonia dan infeksi paru-paru. Kondisi ini juga merupakan penyebab umum dari bronchitis dan pneumonia pada anak-anak di bawah usia 1 tahun.

Pada sebagian besar infeksi, virus akan hilang dengan sendirinya. Jadi, tidak ada pengobatan khusus meskipun para ahli sedang berusaha membuat vaksin atau antivirus potensial. Mengatasi demam atau nyeri dengan obat bebas bisa membantu meringankan gejala.

Berita Terkait

Berita Terkini