Himedik.com - Varian virus corona Covid-19 terus berkembang. Para peneliti pun terus memantau perkembangannya setelah varian Delta yang membuat kekhawatiran dan menyebabkan lonjakan kasus di banyak negara.
Kini, para ilmuwan pun memiliki dua varian Delta baru, yakni varian AY.2 dan AY.3. Baru-baru ini, mereka pun membahas mengenai risiko bahaya yang ditimbulkan kedua varian Delta baru tersebut.
Baca Juga
Ini Kondisi Autoimun yang Belum Boleh Suntik Vaksin Covid-19
7 Gejala Menopause yang Perlu Wanita Tahu
Bisa Picu Rheumatoid Arthritis, Hindarkan Anak dari Asap Rokok
Penelitian: Gen Orangtua Berpengaruh pada Keberhasilan Pendidikan Anak
Ahli: Orang yang Tidak Vaksin Berisiko Terinfeksi Varian Virus Corona Ganda
Turunkan Tekanan Darah Tinggi dan Kolesterol, Cobalah Makan Buah Semangka!
Sebelumnya perlu dipahami, varian Delta telah menjadi varian virus corona Covid-19 yang paling dominan dan menyebabkan lonjakan infeksi virus corona Covid-19 di berbagai negara.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut varian Delta AY.2 dan AY.3 mengaku pada garis keturunan varian. Garis keturunan mencakup 13 keturunan varian Delta yang berbeda, mulai dari B.1.617.2 hingga AY.12.
Varian Delta AY.3 salah satu jenis yang paling terkenal dari banyak turunan varian Delta baru. Varian Delta AY.3 ini paling dominan di AS, yang mana menyumbang sekitar 9 persen dari total kasus Covid-19.

Di samping itu, varian Delta AY.1 dan AY2 telah menjadi varian perhatian. Menurut sebuah laporan oleh Dewan Penelitian Medis India, kedua varian Delta baru itu memiliki keunggulan kebal terhadap perlindungan dari vaksin Covid-19.
Peneliti pun menemukan orang yang mendapatkan suntikan vaksin Covid-19 Covaxin memiliki antibodi 47 persen lebih sedikit untuk melawan varian Delta AY.3.
Christina Pagel, Profesor Riset Operasional di UCL dan direktur Unit Riset Operasional Klinis universitas, mengatakan varian Delta AY.3 ini berpotensi mengkhawatirkan.
Profesor Pagel menunjuk data varian Delta dari Sanger Institute, sebuah lembaga penelitian genetika dan genomic, memperlihatkan bahwa kasus varian Delta mulai menurun. Meskipun itu adalah kabar baik, tapi ia mengkhawatirkan varian Delta AY.3.
"Turunan varian Delta ini mungkin lebih menular daripada varian Delta aslinya," kata Profesor Pagel dikutip dari Express.