Info

Pasien Covid-19 Berisiko Derita Penyakit Ginjal 2 Kali Lipat, Ini Sebabnya!

Sebuah studi menemukan pasien Covid-19 berisiko menderita penyakit ginjal 2 kali lipat lebih tinggi.

Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi pasien Covid-19. (Pixabay)
Ilustrasi pasien Covid-19. (Pixabay)

Himedik.com - Penyakit ginjal adalah kondisi yang bisa disebabkan oleh diabetes, tekanan darah tinggi atau peradangan ginjal kronis. Penyakit ginjal ini bisa terjadi ketika fungsi ginjal menurun secara bertahap selama bertahun-tahun.

Bila tak ditangani, penyakit ginjal akan membuat fungsi organ ini memburuk sampai pada titik membutuhkan dialisis untuk kelangsungan hidup pasien. Tahap ini juga dikenal dengan istilah stadium akhir.

Sebuah studi menemukan pasien Covid-19 dengan gejala ringan memiliki risiko 215 persen atau 2 kali lipat lebih tinggi menderita penyakit ginjal stadium akhir. Ada penelitian yang telah menyoroti bahaya virus corona pada ginjal.

Penelitian sebelumnya telah menunjukkan bahwa pasien Covid-19 cenderung memiliki kadar protein tinggi dalam urine dan kerja darah yang tidak normal.

Selama masa pandemi, laporan rumah sakit yang kekurangan peralatan dan cairan yang dibutuhkan untuk melakukan cuci darah pada pasien Covid-19 menjadi hal lumrah.

Ilustrasi penyakit ginjal. [shutterstock]
Ilustrasi penyakit ginjal. [shutterstock]

Zyad Al-Aly, MD, asisten profesor kedokteran di Universitas Washington, mengatakan tim penelitinya percaya bahwa 510 ribu orang yang terinfeksi virus corona Covid-19 mungkin mengalami cedera atau penyakit ginjal.

Temuan ini menekankan pentingnya memperhatikan fungsi ginjal dan penyakit dalam merawat pasien Covid-19. Jika perawatan ginjal bukan merupakan bagian integral dari strategi perawatan pasca-akut Covid-19, akan semakin banyak orang yang berpotensi mengalami penurunan fungsi ginjal akibat virus corona tersebut.

Para peneliti mengambil data lebih dari 1,7 juta veteran AS yang sehat dan positif Covid-19. Mereka menemukan 89.216 telah mengkonfirmasi positif Covid-19 dan berhasil melewati fase infeksi akut, yakni 30 hari pertama infeksi.

Di antara pasien Covid-19 tersebut, 12.376 dirawat di rumah sakit, termasuk 4.146 yang dirujuk ke ruang ICU. Risiko penurunan fungsi ginjal paling tinggi di antara orang yang menjalani perawatan di ICU.

"Tapi, penting untuk mencatat bahwa risiko penyakit ginjal ini meluas ke semua pasien, bahkan mereka yang mengalami gejala virus corona Covid-19 ringan," kata Zyad Al-Aly dikutip dari Express.

Temuan ini mengungkapkan bahwa pasien yang tertular virus corona memiliki risiko 15 persen lebih tinggi menderita penyakit ginjal, 30 persen berisiko terkena cedera ginjal akut, dan 215 persen berisiko terkena penyakit ginjal stadium akhir.

Penyakit ginjal stadium akhir biasanya merupakan hasil akhir dari penyakit ginjal yang sudah berlangsung lama. Terkadang, kondisi ini diikuti dengan gagal ginjal akut.

Sementara itu, besarnya dampak virus corona Covid-19 pada ginjal masih belum jelas. Beberapa peneliti berspekulasi bahwa organ tersebut lebih rentan terhadap virus karena reseptornya yang memungkinkan virus menempel, menyerang dan membuat salinan.

Reseptor serupa telah ditemukan di paru-paru dan jantung. Karena itulah, organ-organ tersebut paling utama yang terserang virus corona Covid-19.

Di sisi lain, masalah ginjal setelah infeksi virus corona Covid-19 juga disebabkan oleh rendahnya kadar oksigen dalam darah.

INFOGRAFIS: Golongan Warga yang Berhak Dapat Vaksin Moderna
INFOGRAFIS: Golongan Warga yang Berhak Dapat Vaksin Moderna

Teori ketiga menunjukkan bahwa respons imun terhadap virus corona Covid-19 pada beberapa orang bisa memicu badai sitokin, yakni protein kecil yang membantu sel berkomunikasi ketika sistem kekebalan menangkis infeksi.

Masuknya protein ini secara mendadak bisa menyebabkan peradangan parah dan menghancurkan jaringan ginjal. Karena itu, sangat penting mendeteksi terjadinya disfungsi ginjal dan segera mengobatinya sebelum masalahnya berkembang.

"Berdasarkan penelitian kami, sangat penting menyediakan layanan kesehatan ini pada pasien Covid-19 yang sembuh," jelasnya.

Berita Terkait

Berita Terkini