Info

Sering Migrain atau Sakit Kepala? Jangan Dibiarkan!

Pasien yang mengalami migrain digambarkan mengalami sensasi denyut atau nyeri tumpul, yang biasanya terjadi pada satu sisi bagian kepala.

Yasinta Rahmawati

Migrain. (unsplash)
Migrain. (unsplash)

Himedik.com - Banyak yang menyamakan antara sakit kepala dan migrain. Sakit kepala sendiri adalah nyeri ringan hingga parah yang biasanya terjadi di bagian kepala, wajah, hingga leher.

Sementara migrain merupakan kondisi neurologis yang terkait dengan sakit kepala secara berulang, dan dapat menyebabkan nyeri denyut yang parah.

Pasien yang mengalami migrain digambarkan mengalami sensasi denyut atau nyeri tumpul, yang biasanya terjadi pada satu sisi bagian kepala.

Dikutip Healthshots, sebagian besar orang yang mengalami migrain dapat mengalami beberapa masalah kesehatan mulai dari mual, muntah, hingga fobia terhadap cahaya dan suara.

Umumnya, migrain lebih sering terjadi pada perempuan dibanding laki-laki, dengan rasio prevalensi migrain pria-wanita mencapai 1:5.

Meski demikian, sebagian besar individu yang mengalami sakit kepala migrain cenderung mengabaikan keluhan dan lebih memilih mengonsumsi obat rumahan sebagai solusi pereda nyeri.

Padahal individu yang mengabaikan migrain dapat menyebabkan risiko yang berdampak dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, migrain bisa menganggu produktivitas mulai dari kehidupan pribadi, sosial, hingga profesional.

Meski begitu, masih ada stigma tentang orang yang mengalami migrain, yang membuat pasien merasa disalahpahami, tertekan, dan tidak berdaya.

Stigma ini terjadi ketika pasien mengalami frekuensi migrain yang relatif tinggi, dengan perawatan yang tidak memadai sehingga harus ditangani secara tepat waktu.

Apa saja pemicu terjadinya migrain?

Ada faktor risiko ketika seseorang mengalami migrain. Berikut dua kondisinya yang bisa saja terjadi:

  • Rangsangan lingkungan seperti cahaya terang, panas, bau yang tidak biasa, suara keras, stres berlebihan, melewatkan jam makan, perubahan pola tidur, dan fluktuasi hormonal.
  • Mengonsumsi alkohol, kafein, keju, makanan dengan fermentasi, daging dengan bau yang kuat, makanan dengan sumber MSG atau gula buatan.

Agar migrain tidak terjadi berkepanjangan, perlu adanya kesadaran individu serta memahami tanda dan gejalanya. Juga mencari diagnosis dan perawatan yang tepat seperti terapi pencegahan. Selain itu, penting untuk mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat mulai dari pola makan dan minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter.

(Suara.com/Aflaha Rizal Bahtiar)

Berita Terkait

Berita Terkini