Himedik.com - Tukul Arwana masih menjalani perawatan medis karena pendarahan otak di ruang ICU Rumah Sakit Pusat Otak Nasional, Cawang, Jakarta Timur.
Dikutip Medicine Net, pendarahan otak masuk dalam salah satu bentuk stroke yang penyebabnya bisa karena tekanan darah tinggi, pembuluh darah bocor atau anurisma, penyalahgunaan obat hingga trauma.
Baca Juga
Merasa Stres dan Kurang Berenergi? Coba Minum 4 Jenis Teh Berikut
Tak Perlu Khawatir, Alami 6 Perubahan Payudara Berikut Umum Terjadi
Inilah Alasan Pria Mengalami Ereksi di Pagi Hari, Bukan Karena Mimpi Basah!
Tukul Arwana Alami Pendarahan Otak, Kethaui Cara Dokter Mengobatinya!
Studi: Kerusakan Otak Jadi Dampak Jangka Panjang Korban Serangan Seksual
Parah, Polusi Udara Bikin 7 Juta Orang Meninggal Lebih Dini per Tahun!
Sayangnya dilansir dari CBS News, tak banyak yang tahu bahwa kebiasaan sehari-hari yang terkesan sepele pun bisa menyebabkan pendarahan otak.
Berhubungan seks bisa menyebabkan pusat kesenjangan di otak menyala. Tapi, itu juga bisa menyebabkan aneurisma otak pecah. Studi menunjukkan bahwa hubungan seks meningkatkan risiko pendarahan otak hingga 11 kali lipat.
2. Mengejan ketika BAB
Pada orang dengan enurisma otak, sembelit dianggap lebih dari sekadar gangguan. ara peneliti menemukan bahwa mengejan untuk buang air besar dapat menyebabkan peningkatan risiko pendarahan otak lebih dari 7 kali lipat.
Dr. Monique Vlak, ahli saraf di University Medical Center di kota Utrecht, Belanda pun mengatakan mengobati pasien sembelit dengan obat pencahar dapat menurunkan risiko perdarahan subarachnoid.
3. Marah
Studi menunjukkan bahwa kemarahan menyebabkan peningkatan risiko pendarahan otak hampir tujuh kali lipat.
4. Kaget atau terkejut
Kebiasaan kaget atau terkejut juga merupakan hal-hal paling berbahaya bagi seseorang dengan aneurisma otak. Studi menunjukkan bahwa itu membuat aneurisma menjadi 23 kali lebih mungkin untuk pecah.
5. Minum kopi
Minum secangkir kopi tergolong sangat umum dan aman. Tapi, pasien dengan aneurisma otak,minum satu cangkir kopi saja bisa meningkatkan risiko pendarahan subarachnoid 2 kali lipat.