Himedik.com - Gunung Semeru di Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, mengalami erupsi pada Sabtu (4/12/2021) sore dan menyemburkan banjir lahar serta awan panas yang menyebabkan guguran abu vulkanik.
Menurut National Geographic, abu vulkanik merupakan campuran dari batuan, mineral, serta partikel kaca yang dikeluarkan dari gunung berapi ketika meletus atau erupsi. Partikelnya sangat kecil dengan diameter kurang dari 2 milimeter.
Baca Juga
Demi Keselamatan, 182 Jemaah Haji yang Sakit Akan Lakukan Safari Wukuf
Targetkan 34 Provinsi Indonesia Punya Cath Lab di Tahun 2025, Ini Langkah yang Diambil Kemenkes
Ini Bahaya Residu Pestisida, Zat Penyebab Mie Instan Indonesia Ditolak Masuk Taiwan
Nyeri Tubuh yang Tak Kunjung Sembuh Bisa Menjadi Tanda Penyakit Fibromyalgia, Apa Itu?
Konsumsi Minuman Panas Tingkatkan Risiko Kanker, Kok Bisa? Begini Penjelasannya
Berbeda dengan abu dari pembakaran kayu da bahan organik lainnya, abu vulkanik bisa berbahaya. Partikelnya sangat keras dan biasanya memiliki tepi bergerigi.
Akibatnya abu vulkanik dapat menyebabkan iritasi mata, hidung, dan paru-paru. Menghirup abu ini juga dapat menyebabkan masalah pernapasan.

Laman Geological Society of America menjelaskan beberapa gejala jangka pendek dari menghirup abu vulanik, yakni:
- pilek
- sakit tenggorokan atau batuk
- mengi atau sesak napas
- kemungkinan bronkitis
Sementara gejala iritasi mata dalam jangka pendek akibat abu vulkanik adalah:
- gatal atau mata merah
- lecet atau adanya goresan pada kornea, kondisi ini dapat menyebabkan konjungtivitis
- keluarnya air mata
Supaya tidak terkena dampak buruk tersebut, Badan Manajemen Darurat Federal (FEMA) AS menguraikan daftar mitigasi dari paparan abu vulkanik, yaitu:
- kenakan pakaian perlindung, kacamata, dan masker debu (paling efektif adalah N95 atau KN95)
- tutup semua akses udara dari luar ruangan
- basahi partikel debu dan abu agar tidak berterbangan
- hindari mengerahkan tenaga, sebab pernapasan berat menyebabkan inhalasi partikel lebih dalam ke paru-paru
Pada orang yang sudah mengidap penyakit komorbid pernapasan harus tetap berada di dalam ruangan atau pengungsian.