Info

Ilmuwan Temukan Virus NeoCov Pada Kelelawar, Benarkah Lebih Mematikan?

Para ilmuwan di China menemukan virus baru dari kelelawar yang disebut sebagai virus NeoCov.

Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi virus corona Covid-19, virus NeoCov (Suara.com/Shutterstock)
Ilustrasi virus corona Covid-19, virus NeoCov (Suara.com/Shutterstock)

Himedik.com - Para ilmuwan di China menemukan virus baru dari kelelawar yang disebut virus NeoCov, yakni virus yang terkait dengan sindrom pernapasan Timur Tengah MERS-CoV.

NeoCoV membawa serta potensi gabungan tingkat kematian yang tinggi dari MERS-CoV, di mana rata-rata 1 dari 3 orang yang terinfeksi meninggal dunia.

Selain itu, peneliti mengatakan virus NeoCov ini memiliki tingkat penularan yang lebih tinggi dari virus corona Covid-19.

"Selanjutnya, penelitian kami menunjukkan bahwa vaksin Covid-19 yang tersedia tidak memadai untuk melindungi manusia dari kemungkinan infeksi akibat virus NeoCov ini," kata peneliti dikutip dari Times of India.

Namun, studi ini belum ditinjau oleh rekan sejawat dan telah dirilis dalam bentuk pracetak.

Ilustrasi Virus Corona Covid-19. (Pixabay)
Ilustrasi Virus Corona Covid-19. (Pixabay)

"Mempertimbangkan mutasi ekstensif di wilayah RBD dari varian SARS-CoV-2, terutama varian Omicron yang sangat bermutasi. Virus baru ini mungkin memiliki potensi laten untuk menginfeksi manusia melalui adaptasi lebih lanjut," tambahnya.

Sebelumnya, virus NeoCov telah dikaitkan dengan wabah di negara-negara Timur Tengah pada 2012 dan 2015.

Virus NeoCov ini sangat mirip dengan virus corona Covid-19 yang menyebabkan pandemi. Virus NeoCov yang ditemukan pada kelelawar di Afrika Selatan telah menyebar secara eksklusif di antara hewan-hewan ini.

"Tapi, mutasi lebih lanjut bisa membuat virus NeoCov ini berpotensi berbahaya," jelasnya.

Dalam penelitian ini, mereka menemukan bahwa virus NeoCoV dan kerabat dekatnya, PDF-2180-CoV, dapat menggunakan beberapa jenis enzim pengubah Angiotensin 2 (ACE2) kelelawar dan ACE 2 pada manusia untuk menginfeksi sel.

Mereka juga mengatakan bahwa infeksi virus NeoCov tidak dapat dinetralisir silang oleh antibodi yang menargetkan SARS-CoV-2 atau MERS-CoV.

ACE2 adalah protein reseptor pada sel yang menyediakan titik masuk bagi virus corona untuk terhubung dan menginfeksi berbagai sel.

"Studi kami menunjukkan kasus pertama penggunaan ACE2 pada virus terkait MERS, yang berpotensi mengancam keamanan hayati dari kemunculan ACE2 pada manusia menggunakan MERS-CoV-2 dengan tingkat kematian dan penularan yang tinggi," jelasnya.

Berdasarkan laporan oleh kantor berita Rusia Sputnik, para ahli dari Vector Russian State Research Center of Virology and Biotechnology mengeluarkan sebuah pernyataan beberapa waktu lalu.

Para ahli dari pusat penelitian Vector mengetahui data yang diperoleh peneliti Tiongkok mengenai virus corona NeoCov.

Saat ini, virus baru ini bukan tentang kemunculan virus corona baru yang mampu menyebar aktif di antara manusia. Mereka menguraikan potensi risiko yang membutuhkan studi lebih lanjut.

Saat ini, infeksi yang disebabkan oleh varian Omicron dari coronavirus menyebar dengan cepat ke seluruh dunia.

Varian Omicron ini terkenal dengan tingkat transmisibilitasnya yang tinggi, namun tidak separah nenek moyangnya, varian Delta.

Berita Terkait

Berita Terkini