Info

Mikroba di Usus Berkontribusi pada Obesitas, Bagaimana Hubungannya?

Peneliti telah menemukan sebuah molekul yang menghubungkan mikrobioma dengan kadar lemak di tubuh.

Rosiana Chozanah

Obesitas (pieuvre)
Obesitas (pieuvre)

Himedik.com - Obesitas dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti interaksi antar gen, lingkungan, pola makan, serta komposisi mikrobioma atau mikroba di usus.

Untuk memahami keterkaitan obesitas dengan mikrobioma, peneliti medis telah menemukan sebuah molekul yang menghubungkan mikrobioma dengan kadar lemak di tubuh.

Peneliti mendeteksi menggunakan kultur sel bahwa melekul yang disebut delta-valerobetaine dapat menurunkan kadar karnitin.

Sementara peran karnitin di tubuh adalah untuk mengangkut molekul lemak panjang ke dalam mitokondria atau sel pembangkit tenaga, di mana lemak dipecah dan digunakan sebagai energi.

Ketika tikus dengan delta-valerobetaine diberi makan makanan berlemak, tubuh tidak dapat memecahnya secara efisien tanpa kartinin yang cukup.

Ilustrasi anak obesitas. (Elements Envato)
Ilustrasi anak obesitas. (Elements Envato)

Tikus menjadi bertambah berat dan mengumpulkan lebih banyak lemak di hati mereka, lapor Science Alert.

Meski para peneliti tidak dapat secara langsung menunjukkan mekanisme ini pada manusia, korelasi antara tingkat delta-valerobetaine, karnitin, dan tingkat lemak tubuh semuanya cocok.

Ahli patologi Universitas Emory Andrew Neish menjelaskan bahwa beberapa jenis mikroba kemungkinan menghasilkan lebih banyak delta-valerobetaine.

Itu akan menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi komposisi mikrobioma, mulai dari makanan hingga dengan siapa kita tinggal dan obat yang diminum serta mengubah bagaimana mikrobioma memengaruhi berat badan.

Dalam tinjauan studi yang menyertainya, ahli gizi Universitas Vanderbilt Jane Ferguson menunjukkan bahwa delta-valerobetaine juga ada dalam makanan umum, termasuk daging dan susu.

"Jenis informasi ini berpotensi membantu seseorang mengembangkan strategi yang dipersonalisasi untuk menurunkan berat badan. Tapi ada banyak hal yang perlu kita pahami secara lebih baik tentang bagaimana delta-valerobetaine berfungsi," kata pemimpin penelitian dan ahli biologi molekuler Ken Liu.

Berita Terkait

Berita Terkini