Info

Orang Gangguan Jiwa dan Sudah Vaksin Covid-19 Tetap Berisiko Terinfeksi Virus Corona, Ini Sebabnya!

Penelitian menemukan orang dengan gangguan jiwa dan sudah vaksin Covid-19 tetap berisiko terinfeksi virus corona Covid-19.

Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi gangguan jiwa - (Shutterstock)
Ilustrasi gangguan jiwa - (Shutterstock)

Himedik.com - Studi yang diterbitkan di JAMA Network Open, menemukan orang dengan gangguan jiwa berisiko tinggi terinfeksi virus corona Covid-19, meskipun mereka sudah vaksin Covid-19.

Peneliti UC San Francisco bekerja dengan peneliti dari San Francisco VA Health Care System dan melihat data dari 263.697 pasien yang telah vaksin Covid-19 dan setidaknya satu kali tes Covid-19.

Para peneliti mengatakan lebih dari dari setengah atau 51,4 persen peserta penelitian ini setidaknya pernah sekali didiagnosis menderita masalah kesehatan mental dalam 5 tahun terakhir. Lalu, hampir 15 persen pernah dinyatakan positif virus corona Covid-19 setelah vaksinasi.

Secara keseluruhan, para peneliti menemukan peserta dengan gangguan kejiwaan memiliki risiko 3 persen mengalami infeksi terobosan alias terinfeksi virus corona meski sudah vaksiansi.

Para peneliti mengatakan risikonya lebih tinggi pada mereka yang berusia di atas 65 tahun. Menurut rilis, mereka yang berada dalam kelompok usia 65 tahun ke atas yang menyalahgunakan zat juga berisiko mengalami infeksi terobosan sebesar 24 persen.

Ilustrasi virus corona Covid-19. (Pixabay/Engin_Akyurt)
Ilustrasi virus corona Covid-19. (Pixabay/Engin_Akyurt)

Lalu, mereka yang memiliki gangguan psikotik juga 23 persen berisiko lebih tinggi mengalami infeksi terobosan.

Laporan tersebut menemukan mereka dengan gangguan bipolar 16 persen lebih mungkin mengalami infeksi terobosan dan mereka dengan gangguan penyesuaian memiliki risiko 14 persen.

Orang dengan kecemasan berisiko 12 persen lebih tinggi mengalami infeksi terobosan, dibandingkan mereka yang tidak memiliki kondisi kejiwaan.

“Temuan kami menunjukkan bahwa orang dengan gangguan kejiwaan mungkin merupakan kelompok berisiko tinggi untuk terinfeksi virus corona," kata para peneliti dikutip dari Fox News.

Karena itu, kelompok ini harus diprioritaskan untuk mendapatkan suntikan booster dan upaya pencegahan kritis lainnya, termasuk peningkatan skrining SARS-CoV-2, kampanye kesehatan masyarakat, atau Diskusi COVID-19 selama perawatan klinis.

Kristen Nishimi , PhD, dari UCSF Weill Institute for Neurosciences dan San Francisco VA Health Care System, menjelaskan infeksi terobosan ini sangat berisiko bagi orang yang lebih tua, karena penurunan respons imunologis terhadap vaksin sekaligus beberapa gangguan kejiwaan yang diderita.

Berita Terkait

Berita Terkini