Info

Angka Kematian Covid-19 Terendah di Dunia, Begini 5 Strategi Jepang Mengatasinya

Para ahli mengungkapkan beberapa faktor keberhasilan Jepang menekan angka kematian pasien Covid-19.

Yasinta Rahmawati

Ilustrasi masyarakat jepang. (Pixabay)
Ilustrasi masyarakat jepang. (Pixabay)

Himedik.com - Berdasarkan analisis Bloomberg, tingkat kematian Covid-19 di Jepang disebut menjadi yang terendah di antara negara-negara kaya di dunia.

Kematian Covid-19 di Jepang dilihat dari per kapita jumlah penduduk, yakni 246 per 1 juta orang, terendah dari 38 anggota Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi atau OECD, menurut Our World in Data.

Para ahli kesehatan mengatakan kalau kebiasaan menggunakan masker, vaksinasi yang ekstensif, dan populasi yang sudah sehat menjadi faktor inti dari rendahnya kematian Covid-19 di Jepang.

Masyarakat Jepang terus mematuhi langkah dasar dalam pencegahan infeksi, seperti menghindari kerumunan dan tempat-tempat yang berventilasi buruk. Di sisi lain program vaksinasi Covid-19 yang kuat di Jepang dan perawatan medis gratis berkontribusi. 

Hebatnya, kematian akibat infeksi virus corona berhasil ditekan Jepang tanpa melakukan pembatasan secara ketat terhadap aktivitas masyarakat. Pemerintah Jepang pun tidak penerapan penguncian denga pengawasan polisi, sebagaimana dilakukan banyak negara.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga mencatat kalau tingkat  kematian Covid-19 di Jepang turun, dibandingkan saat pandemi hingga 2020 dan 2021.

Sebuah penelitian yang diterbitkan di Lancet pada Maret lalu juga dikatakan bahwa kematian akibat faktor lain di luar Covid-19,  enam kali lebih tinggi daripada kematian akibat virus corona yang dilaporkan selama 2020-2021. 

Ada sekitar 9.000 kematian lebih sedikit selama tahun 2020 dibandingkan pada tahun 2019, meskipun angka itu meningkat kembali tahun lalu, menurut angka pemerintah.

Ilustrasi masyarakat jepang. (Pixabay)
Ilustrasi masyarakat jepang. (Pixabay)

"Tingkat kematian di Jepang yang rendah menunjukkan strateginya berhasil," kata kepala pusat pengendalian dan pencegahan penyakit di Pusat Nasional untuk Kesehatan Global, Kedokteran, dan penasihat pemerintah Tokyo Takao Ohmagari, dikutip dari Bloomberg.

Para ahli mengungkapkan beberapa faktor keberhasilan Jepang menekan kematian pasien Covid-19, berikut di antaranya dirangkum dari Suara.com.

1. Kepatuhan Sosial  

Strategi memerangi virus corona di Jepang bergantung pada populasi yang secara sadar mematuhi panduan jarak sosial, terutama ketika kasus meningkat. Ini terbukti lebih efektif daripada tindakan buka-tutup pembatasan kegiatan. 

2. Patuh Pakai Masker

Masyarakat Jepang telah patuh memakai masker sejak awal pandemi Covid-19 terjadi. Bahkan ketika pemerintah setempat melonggarkan aturan memakai masker di luar ruangan, masyarakat di sana tetap memakainya.

3. Vaksinasi

Sebelumnya, penduduk Jepang termasuk salah satu dengan tingkat kepercayaan terhadap vaksin Covid-19 yang terendah secara global. Tapi, sekarang berada di antara populasi yang paling terlindungi di antara negara G-7.

Sekitar 93 persen orang Jepang berusia 65 tahun ke atas telah mendapatkan dua dosis vaksin dan 90 persen di antaranya telah mendapatkan booster, menurut data dari kantor Perdana Menteri. 

Hampir setara dengan di Amerika Serikat di mana 94 persen orang berusia 65 hingga 74 tahun telah divaksinasi lengkap dan 88 persen populasi berusia 75 tahun ke atas telah menerima dua dosis vaksin.

4. Status Kesehatan Masyarakat

Pada dasarnya masyarakat Jepang memiliki kesehatan yang baik serta memiliki angka harapan hidup terpanjang di dunia. Hanya 5 persen orang Jepang yang mengalami obesitas, salah satu kondisi yang meningkatkan risiko penyakit parah akibat Covid-19. Kematian yang terjadi di Jepang hampir seluruhnya berusia di atas 60 tahun. 

5. Perawatan Medis Gratis 

Sistem perawatan kesehatan di Jepang juga sempat kewalahan saat lonjakan infeksi terjadi seperti negara lainnya. Tetapi, kemudian berhasil diatasi dengan pelacakan kontak yang kuat selama pandemi lalu pasien dengan kondisi ringan dipindahkan ke tempat isolasi yang dibutuhkan secara gratis.

Pasien yang diisolasi di rumah terus dihubungi oleh petugas Puskesmas, kemudian mengirimkan perawat dan dokter jika diperlukan.

Berita Terkait

Berita Terkini