Pria

3 Alasan Ilmiah Pria Lebih Kasar daripada Wanita

Mengapa perilaku pria lebih kasar daripada wanita?

Dinar Surya Oktarini | Eleonora Padmasta Ekaristi Wijana

Ilustrasi kekerasan - (Pixabay/Alexas_Fotos)
Ilustrasi kekerasan - (Pixabay/Alexas_Fotos)

Himedik.com - Data statistik dari seluruh dunia menunjukkan bahwa lebih banyak pria yang melakukan kekerasan di dunia ini. Namun, apa sebenarnya alasan di balik perilaku mereka, yang lebih sering bertindak kasar daripada wanita? Berikut tiga faktor ilmiahnya, dihimpun dari New York Post, Rabu (16/1/2019):

1. Testosteron

Testosteron adalah hormon yang membuat anak-anak remaja horny dan berkeringat serta orang dewasa menjadi pemarah dan suka mengambil risiko. Namun, banyak efek dari hormon kecil ini biasanya disalahpahami.

Peran sirkulasi testosteron dalam kaitannya dengan serangan dan kekerasan itu rumit untuk dipahami. Testosteron melonjak ketika pria berada dalam situasi kompetitif atau menantang dengan pria lain, tetapi peningkatan testosteron yang menimbulkan efek kekerasan hanya terjadi pada pria yang juga pernah mengalami kekerasan.

Penelitian lain pun menunjukkan bahwa di antara pria yang dikenal karena perilaku agresifnya, testosteron memiliki efek yang jelas dalam memicu permusuhan dan kekerasan. Namun pada akhirnya, biologi memberikan gambaran parsial dan tidak lengkap tentang mengapa pria melakukan kekerasan.

2. Kejantanan

Jadi, jika biologi tidak memberikan jawaban secara keseluruhan, bagaimana dengan norma sosial?

Ilustrasi pria - (Pixabay/calibra)
Ilustrasi pria - (Pixabay/calibra)

American Psychological Association (APA) baru-baru ini mengeluarkan pedoman soal peringatan terhadap dampak "ideologi maskulinitas tradisional" pada kesejahteraan mental. Ideologi ini didefinisikan sebagai "menjunjung tinggi nilai-nilai anti-feminitas, pencapaian, menghindari terlihat lemah, petualangan, risiko, dan kekerasan."

Ketika pria berpegang pada pandangan yang cukup sempit tentang apa itu menjadi pria, tantangan terhadap identitas maskulinitas ini bisa menghasilkan amarah yang berujung kekerasan. Tantangan itu contohnya, ketika pasangannya tidak mau menjadi ibu rumah tangga atau ketika pria penyuka sesama jenis tidak menunjukkan perilaku seperti pria pada umumnya.

Maka dari itu, pria yang memiliki pandangan terbatas soal maskulinitas jauh lebih mungkin untuk melakukan kekerasan.

3. Gangguan

Gangguan mental tertentu juga dapat memengaruhi kecenderungan seorang pria untuk bertindak kejam. Contohnya yakni gangguan kepribadian anti-sosial (ASPD), yang pengidapanya secara terus menerus mengabaikan moral, norma sosial, dan hak serta perasaan orang lain.

Gangguan ini bukanlah penyakit mental, melainkan serangkaian karakteristik yang berkorelasi kuat dengan kekerasan, pengambilan risiko, dan kejahatan. Gejala-gejala ASPD antara lain tidak berperasaan, melanggar norma susila, melakukan penyimpangan, penipuan, mudah marah, agresif, impulsif, dan ceroboh.

Ada banyak faktor yang memicu munculnya ASPD, tetapi seks jelas salah satu yang utama. Disebutkan, laki-laki tiga kali lebih mungkin memiliki kelainan ini dibandingkan perempuan.

Namun tidak jelas bagaimana ASPD berkembang atau mengapa pria lebih cenderung mengalami gangguan ini. Pada akhirnya, perbedaan jenis kelamin yang ditemukan dalam diagnosis ASPD mungkin tidak menjelaskan semua bentuk kekerasan yang dilakukan pria, tetapi hal itu menunjukkan bahwa pria adalah yang paling berpotensi melakukan kejahatan paling kejam.

Berita Terkait

Berita Terkini