Pria

Ayah Olga Lidya Meninggal, Bagaimana Pneumonia Berakibat Fatal?

Diketahui ayah aktris Olga Lidya meninggal dunia akibat menderita pneumonia.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Olga Lidya (Suara.com)
Olga Lidya (Suara.com)

Himedik.com - Ayah aktris Olga Lidya, Hertadi, dikabarkan meninggal dunia pada Selasa (5/11/2019) kemarin akibat menderita infeksi paru-paru atau pneumonia.

"Iya benar, (meninggal)," tutur Lidya saat dihubungi awak media.

Sebelumnya, diketahui ayah Lidya yang masih berusia 42 tahun tersebut sempat dirawat di rumah sakit.

Pneumonia merupakan infeksi paru-paru yang dapat disebabkan oleh berbagai pantogen, termasuk virus, bakteri dan jamur.

Ketika seseorang menderita pneumonia, kantung udara kecil di paru-paru (alveoli) meradang dan dapat mengandung cairan atau bahkan nanah.

Menurut Healthline, Pnemunonia dapat berkisar dari infeksi ringan hingga serius atau mengancam jiwa dan terkarang dapat menyebabkan kematian.

Artis sekaligus ketua Bidang Penjurian FFI Olga Lidya. [suara.com/Wahyu Tri Laksono]
Artis sekaligus ketua Bidang Penjurian FFI Olga Lidya. [suara.com/Wahyu Tri Laksono]

Berdasarkan American Lung Association (ALA), pneumonia bisa menjadi komplikasi dari 'pertarungan buruk' dengan virus influenza. Bahkan, flu adalah penyebab umum pneumonia pada orang dewasa.

Tanaya Bhowmick, MD, asisten profesor kedokteran dalam penyakit menular di Sekolah Kedokteran Robert Wood Johnson di New Jersey, mengatakan pneumonia dapat membunuh meskipun jarang.

"Kami melihat begitu banyak orang yang menderita pneumonia yang bertahan hidup," kata Dr. Bhowmick, melansir Health.

Pneumonia yang diderita harus sangat parah untuk menyebabkan kematian pada seseorang, kata Dr. Bhowmick.

"Jika begitu parah, pada dasarnya (kondisi ini) dapat memotong pasokan oksigen, maka sisa organ vital Anda tidak mendapatkan cukup oksigen," jelasnya lagi.

Ilustrasi pneumonia [shutterstock]
Ilustrasi pneumonia [shutterstock]

Bhowmick mengatakan, dada saat yang sama, tubuh seseorang juga meluncurkan respons peradangan dalam upaya untuk melawan infeksi. Namun, respons ini dapat mengakibatkan perubahan tekanan darah yang mungkin pada gilirannya menurunkan suplai darah ke organ-organ tubuh juga.

Ia menjelaskan bahwa ini kombinasi yang berbahaya. Hal itu karena karena tidak hanya pasokan darah berkurang, tetapi juga darah memiliki lebih sedikit oksigen di dalamnya.

"Itu mengarah pada kelainan fungsi jantung, fungsi ginjal--- organ-organ berhenti bekerja, dan itu mengarah pada kematian," tandasnya.

Berita Terkait

Berita Terkini