Pria

Hati-Hati, Bahan Kimia yang Ditemui Sehari-hari Bisa Berdampak ke Sperma!

Bahan kimia tak terlihat yang terkandung dalam perekat dan plastik berdampak pada sistem reproduksi pria dan wanita.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi sperma (Unsplash)
Ilustrasi sperma (Unsplash)

Himedik.com - Seorang ahli epidemiologi telah menghabiskan 20 tahun meneliti bagaimana gaya hidup dan lingkungan mengacaukan hormon dan kemampuan reproduksi kita.

Dalam buku barunya, Shanna Swan menggunakan penelitiannya untuk menjelaskan bagaimana bahan kimia tak terlihat dalam perekat dan plastik terkait dengan penurunan jumlah sperma, kecilnya ukuran penis, serta kemampuan reproduksi yang menurun pada orang dewasa, anak-anak, dan bayi belum lahir.

Menurut Swan, bahan-bahan kimia tersebut menganggu cara cara produksi hormon endokrin di dalam tubuh. Pada akhirnya, gangguan ini dapat menyebabkan obesitas, rendahnya ID, dan kelahiran prematur.

Jika sang ibu telah terpapar bahan kimia tersebut, gangguan produksi endokrin dapat memengaruhi bayi saat tumbuh di dalam rahim. Bahan kimia ini dapat ditalirkan melalui ASI.

Sperma (Freepik)
Sperma (Freepik)

Swan juga menemukan zat tersebut menurunkan reproduksi testosteron, lapor Insider.

Untuk menghentikan efek bahan kimia dan plastik penghambat kesuburan ini, Swan merekomendasikan untuk membatasi paparan racun dalam kehidupan sehari-hari.

Contoh bahan kimia ini adalah ftalat dan bisphenol. Beberapa perusahaan telah berjanji untuk menghilangkan ftalat dari produk mereka, seperti Annie's.

Ftalat atau ester ftalat merupakan bahan kimia yang digunakan sebagai plasticizer untuk meningkatkan kelenturan, transparansi, dan daya tahan produk.

Sementara biphenol atau biphenol-A (BPA) merupakan bahan kimia yang biasa ditambahkan ke wadah makanan dan produk kebersihan. Jika ditambahkan dengan senyawa lain akan menghasilkan plastik polikarbonat yang kuat dan tangguh.

Menurut Swan, membeli produk organik dan daging bebas antibiotik, mengurangi penggunaan plastik di dapur, membersihkan debu, dan membuat produk pembersih sendiri dapat mengurangi paparan bahan kimia berbahaya.

"Makan makanan di rumah lebih sering daripada makan di restoran juga dapat mengurangi paparan bahan kimia," kata Swan.

Namun, BPOM AS (FDA) belum sepenuhnya melarang atau membatasi penggunaan ftalat dalam makanan dan kosmetik.

Swan berharap lembaga pemerintah dan perusahaan kimia mulai menanggapi paparan dengan lebih serius, dan berupaya membatasi atau melarang penggunaan zat ini.

"Yang benar-benar kami butuhkan adalah industri kimia mengadopsi versinya sendiri dari sumpah Hipokrates, 'pertama, jangan membahayakan,'" tulis Swan dalam bukunya.

Berita Terkait

Berita Terkini