Pria

Temuan Baru, Pria Berisiko Infeksi Virus Corona Parah Meski Sudah Vaksinasi

Sebuah temuan baru mengungkapkan pria lebih berisiko alami infeksi virus corona Covid-19 parah meskipun sudah vaksinasi.

Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi virus corona Covid-19. (Pixabay)
Ilustrasi virus corona Covid-19. (Pixabay)

Himedik.com - Penurunan kekebalan yang diperoleh dari vaksin Covid-19 seiring berjalannya waktu menjadi ancaman baru bagi orang yang sudah vaksinasi lengkap. Karena, mereka akan berisiko terinfeksi virus corona Covid-19 kembali ketika kekebalan menurun.

Para ilmuwan telah mengidentifikasi kelompok orang yang berisiko tinggi mengalami infeksi virus corona Covid-19 parah, meskipun sudah suntik vaksin Covid-19 dua kali.

Para peneliti telah menghitung risiko infeksi virus corona Covid-19 parah di antara berbagai kelompok orang menggunakan alat berdasarkan kumpulan data yang sudah ada.

Alat yang digunakan ini mampu memprediksi orang yang paling berisiko mengalami infeksi parah virus corona Covid-19 dari 14 hari atau lebih setelah suntik vaksin Covid-19 dua kali secara akurat.

Menurut para peneliti, pria dan orang dengan latar belakang etnis lebih mungkin dirawat di rumah sakit atau meninggal karena virus corona Covid-19 setelah suntik vaksin Covid-19 dibandingkan orang tua.

Ilustrasi Virus Corona Covid-19. (Pixabay)
Ilustrasi Virus Corona Covid-19. (Pixabay)

Kelompok lain yang berisiko tinggi terinfeksi virus corona Covid-19 parah adalah penghuni rumah perawatan dan orang dengan masalah kesehatan mendasar, termasuk penyakit ginjal, penyakit sel sabit, HIV, Down's Syndrome dan sirosis hati.

Di antara sampel lebih dari 6,9 juta orang dewasa yang sudah vaksinasi dan dianalisis, sebanyak 5,2 juta orang sudah menerima suntikan kedua vaksin Covid-19.

"Saya pikir, fakta bahwa beberapa variasi etnis berkurang menunjukkan bahwa banyak hal ini terjadi karena pola sosial," kata Profesor Aziz Sheikh, dari University of Edinburgh dikutip dari Express.

Profesor Aziz Sheikh mengatakan kelompok orang dari etnis India dan Pakistan cenderung memiliki rumah tangga yang sedikit lebih tinggi, sehingga ada kemungkinan penularan virus corona Covid-19 di dalam rumah tangga terjadi.

Tim peneliti berharap alat ini akan membantu menginformasikan keputusan pasien untuk terus melindungi dan membentuk kebijakan seputar suntikan booster vaksin Covid-19 dan pengobatan virus corona Covid-19.

Para peneliti mencatat bahwa temuan penelitian yang diterbitkan dalam British Medical Journal ini, mungkin dibatasi oleh faktor-faktor, seperti informasi latar belakang pekerjaan yang jarang dimasukkan dalam catatan rumah sakit.

Mereka menambahkan bahwa kasus infeksi virus corona Covid-19 parah relatif jarang terjadi setelah berolahraga. Studi ini dilakukan pengumuman bahwa dosis ketiga vaksin Covid-19 akan diberikan sebagai penguat kekebalan pada orang usia 50 tahun lebih.

Sekitar 30 juta orang akan memenuhi syarat untuk mendapatkan suntikan booster vaksin Covid-19. Suntikan ketiga ini bertujuan untuk melindungi dari menurunnya kekebalan di antara mereka yang sudah menerima dua kali suntikan vaksin Covid-19.

Orang yang tinggal di rumah perawatan dan pekerja kesehatan serta perawatan sosial garis depan juga termasuk kelompok yang harus menerima dosis ketiga vaksin Covid-19.

Selain itu, orang berusia 16 hingga 49 tahun dengan kondisi kesehatan mendasar berisiko mengalami infeksi virus corona Covid-19 parah sehingga membutuhkan suntikan ketiga vaksin Covid-19.

"JCVI menyarankan suntikan ketiga vaksin Covid-19 diberikan kepada orang yang lebih rentan untuk memaksimalkan perlindungan individu menjelang musim dingin," kata Profesor Wei Shen Lim, ketua Imunisasi COVID-19 untuk JCVI.

Sebagian besar orang-orang ini juga memenuhi syarat untuk suntik vaksin flu tahunan. Bahkan Prof Wei sangat menyarankan orang-orang dalam kondisi ini menerima tawaran suntik vaksin Covid-19.

Menurut sebuah studi Octave, keputusan itu muncul karena 40 persen individu dengan gangguan kekebalan tidak dapat memberikan respons imun yang kuat, bahkan setelah dua kali suntik vaksin Covid-19.

Berita Terkait

Berita Terkini