Pria

Terinfeksi Covid-19 Dua Kali, Remaja Ini Alami Ereksi Terus-Menerus

Remaja tersebut mengalami ereksi selama lebih dari satu hari, membuatnya sangat kesakitan.

Rosiana Chozanah

Ilustrasi ereksi. (Unsplash/Charles
Ilustrasi ereksi. (Unsplash/Charles

Himedik.com - Infeksi virus corona tidak hanya akan memengaruhi sistem pernapasan, tetapi organ lainnya, termasuk penis. Pada November lalu, sekelompok ahli urologi mengatakan Covid-19 menyebabkan disfungsi ereksi pada beberapa pasien pria.

Kini, Covid-19 dapat menyebabkan ereksi terus menerus (priapismus) pada seorang remaja laki-laki.

Priapismus iskemik merupakan kondisi yang diakibatkan oleh darah tidak dapat keluar dari penis. Apabila tidak diobati, ini dapat menyebabkan kematian jaringan atau disfungsi ereksi.

Kasus ini tercatat pada laporan baru yang terbit dalam jurnal Urology. Seorang petugas medis di Wina, Austria, melaporkan adanya kasus priapismus pada seorang anak laki-laki berusia 12 tahun.

Remaja tersebut mengalami ereksi selama lebih dari satu hari, membuatnya sangat kesakitan.

ilustrasi pria ereksi (Shutterstock)

Dokter menggunakan jarum untuk menusuk penis sehingga darah mengalir sebagian. Namun, ternyata cara ini tidak berhasil dan menjadi terlalu menyakitkan untuk anak tersebut.

Dalam 24 jam kemudian, sang remaja kembali mengalami priapismus berulang, meski dirinya tidak mengalami rasa sakit apa pun.

Sang anak pun diharuskan menjalani pemindaian, dan terlihat adanya pembekuan darah di corpora cavernosa, jaringan spons di batang penis yang terisi darah penyebab ereksi.

Pada akhirnya, para dokter mengatasi masalah tersebut dengan memberi kompres es dan kompresi pada perineum, area kulit antara penis dan anus, lapor The Sun.

Sekali lagi, tiga hari kemudian sang anak kembali mengalami ereksi dengan rasa sakit yang khas.

Setelah merawatnya, dokter meujuknya ke spesialis untuk memastikan bahwa dia tidak memiliki kelainan darah, seperti penyakit sel sabit, yang mungkin berada di balik masalah berulang.

Petugas medis mengatakan tidak ada penyebab lain yang masuk akal selain Covid-19. Sebab, remaja itu pertama kali terkena infeksi tujuh minggu sebelum kejadian dan saat di rumah sakit, yang menandakan anak itu tertular lagi.

Covid-19 juga dapat meningkatkan kecenderungan darah untuk menggumpal. Bahkan, hal ini dapat menyebabkan kematian.

Berita Terkait

Berita Terkini