Pria

Ahli Kembali Transplantasi Jantung Babi Pada 2 Pasien Mati Otak

Para ahli kembali melakukan transplantasi jantung babi pada 2 pasien yang mengalami mati otak.

Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi babi. (Pixabay/skeeze)
Ilustrasi babi. (Pixabay/skeeze)

Himedik.com - Ahli bedah di Universitas New York (NYU) berhasil melakukan transplantasi jantung babi yang direkayasa secara genetik pada dua pasien yang mengalami mati otak.

Menurut para peneliti transplatansi jantung babi ini mungkin akan menjadi selangkah lebih dekat ke tujuan jangka panjang dalam menggunakan setiap bagian babi untuk masalah medis dan mungkin transplantasi organ manusia.

Pada kasus transplantasi jantung babi yang kali ini, mereka mengatakan jantung bisa berfungsi normal tanpa adanya tanda-tanda penolakan selama masa percobaan 3 hari di bulan Juni dan Juli 2022.

Eksperimen ini lanjutan dari kasus kematian seorang pria akibat penyakit jantung terminal, yang menjadi orang pertama penerima transplantasi jantung babi.

Sebelumnya, ia sempat membuat sejarah selama 2 bulan sebagai orang pertama yang menerima jantung babi di University of Maryland. Tetapi, transplantasi jantung babinya itu gagal dan ia pun meninggal dunia tanpa penyebab kegagalan yang jelas.

Ilustrasi rumah sakit. [Shutterstock]
Ilustrasi rumah sakit. [Shutterstock]

Menurut NYU, jantung babi ini direkayasa oleh Revivicor dan menyaringnya untuk virus menggunakan protokol pemantauan yang ditingkatkan.

Jantung juga tidak menunjukkan bukti adanya virus babi yang disebut porcine cytomegalovirus yang terdeteksi dalam darah pria Maryland dan mungkin telah menyebabkan kematiannya.

Babi memiliki empat modifikasi genetik untuk mencegah penolakan dan pertumbuhan organ abnormal sekaligus membantu mencegah ketidakcocokan antara babi dan manusia.

Peneliti NYU juga mentransplantasikan ginjal babi ke dua penerima yang mati otak pada tahun 2021.

Saat ini, mereka percaya bahwa xenotransplantasi lebih aman pada pasien mati otak daripada pasien hidup dan lebih informatif karena biopsi dapat dilakukan lebih sering.

Para peneliti mengatakan pengadaan, transportasi, operasi transplantasi, dan imunosupresi semuanya dilakukan dengan cara yang sama seperti pada transplantasi jantung manusia.

"Tujuan kami untuk mengintegrasikan praktik yang digunakan dalam transplantasi jantung sehari-hari, hanya dengan organ bukan manusia yang akan berfungsi secara normal tanpa bantuan tambahan dari perangkat atau obat-obatan yang belum teruji," kata Dr Nader Moazami, direktur bedah transplantasi jantung di NYU Langone dikutip dari CNA News.

Eksperimen 72 jam menghasilkan data awal, meninggalkan banyak pertanyaan yang harus dijawab sebelum memulai uji coba jantung babi manusia.

Berita Terkait

Berita Terkini