Wanita

Saat Hamil Tapi Masih Mens, Bisa Jadi Karena Tujuh Pendarahan Ini

Sekitar dua dari 10 wanita pernah mengeluarkan darah dari miss V saat sedang hamil, terutama di trimester pertama masa kehamilan. Bukan karena mens, perdarahan miss V selama kehamilan ada banyak penyebabnya.

Rauhanda Riyantama

Ilustrasi. (Shutterstock)
Ilustrasi. (Shutterstock)

Himedik.com - Ada beberapa kasus, seorang wanita tidak menyangka bahwa dirinya sedang hamil karena masih mengalami mens setiap bulannya. Ia baru tahu bahwa dirinya hamil setelah mengalami gejala - gejala kehamilan.

Dilansir dari Alodokter, pendarahan saat mens dan pendarahan yang terjadi saat hamil adalah dua kondisi yang berbeda. Sekitar dua dari 10 wanita pernah mengeluarkan darah dari miss V saat sedang hamil, terutama di trimester pertama masa kehamilan.

Bukan karena mens, perdarahan miss V selama kehamilan ada banyak penyebabnya. Ada yang normal, ada juga yang berarti masalah serius. Memang bisa ya, mens saat sedang hamil? Yuk, temukan jawabannya.

1. Seseorang yang mengira mens tapi sedang hamil biasanya disebabkan oleh perdarahan implantasi yang merupakan salah satu gejala dini kehamilan.

Kalau sudah positif hamil lalu menemukan bercak darah setelahnya. Bisa jadi itu adalah perdarahan implantasi, bukannya menstruasi dini. Setelah sel telur berhasil dibuahi oleh sperma, embrio akan berenang mendekati rahim dan melekat pada dindingnya.
Proses pelekatan embrio pada dinding rahim bisa menyebabkan perdarahan kecil. Biasanya terjadi 6-12 hari setelah pembuahan. Tidak usah khawatir, flek ringan ini normal dan tak berbahaya.

2. Terjadi sentuhan pada bagian dalam miss V seperti saat berhubungan badan, jari, atau alat medis lainnya.

Mungkin karena berhubungan badan. (Shutterstock)
Mungkin karena berhubungan badan. (Shutterstock)

Selama kehamilan, leher rahim akan menjadi lembut dan membesar serta dipenuhi pembuluh darah. Jika ada sesuatu yang masuk ke dalam miss V dan menyentuh dinding rahim seperti mr P (saat berhubungan badan), maka akan menyebabkan perdarahan dan menimbulkan flek.
Sebaiknya hentikan dulu aktivitas atau kontak langsung dengan bagian dalam miss V untuk menghindari perdarahan dan infeksi.

3. Adanya kehamilan ektopik alias kehamilan di luar rahim.

Kehamilan ektopik. (sjfert.com)
Kehamilan ektopik. (sjfert.com)

Pada proses normal, sel telur yang telah dibuahi (embrio) akan menetap di tuba fallopi selama kurang lebih tiga hari, sebelum dilepaskan ke dalam rahim. Nah, kehamilan ektopik ini terjadi jika embrio menetap di tuba fallopi atau menempel pada organ lain selain rahim seperti rongga perut, ovarium, serta leher rahim (serviks).

Salah satu penyebabnya yang paling umum adalah kerusakan pada tuba falopi, misalnya karena peradangan. Kadar hormon yang tidak seimbang atau perkembangan abnormal pada sel telur yang sudah dibuahi terkadang juga bisa jadi pemicunya. Kehamilan ektopik ini menyebabkan perdarahan dan menimbulkan flek.

Kehamilan ektopik merupakan kondisi yang membahayakan nyawa dan biasanya terjadi pada beberapa minggu pertama kehamilan. Makanya, rutin-rutinlah memeriksakan diri ke dokter kandungan.

4. Ada juga dugaan akibat hamil anggur/mola, yaitu adanya tumor jinak yang tumbuh di dalam rahim setelah pembuahan.

Hamil anggur. (Sumber: babygaga)
Hamil anggur. (Sumber: babygaga)

Hamil anggur adalah kehamilan yang gagal, di mana terjadi kelainan pada proses perkembangan sel telur setelah dibuahi, sehingga gagal tumbuh menjadi janin. Pada hamil anggur, sel-sel telur dan plasenta yang tidak mampu berkembang ini akan membentuk sekumpulan kista (gelembung berisi cairan) yang bentuknya menyerupai anggur putih.

Meski bukan embrio, pertumbuhan kista ini tetap akan memicu gejala-gejala kehamilan, sehingga banyak penderitanya mengira ia sedang hamil. Hamil anggur termasuk masalah kesehatan yang jarang terjadi. Kondisi ini perlu ditangani secepat mungkin untuk menghindari risiko komplikasi.

5. Perdarahan subkorionik atau perdarahan di sekitar plasenta karena penyumbatan.

Perdarahan subkorionik. (suzlyfe.com)
Perdarahan subkorionik. (suzlyfe.com)

Perdarahan subkorionik selama masa kehamilan terjadi karena penyumbatan darah, terkadang terjadi di dalam lapisan plasenta. Umumnya, penyumbatan tersebut akan sembuh dengan sendirinya, tapi risiko mengalami komplikasi jadi lebih tinggi, seperti persalinan prematur misalnya.

Pada kasus yang langka, perdarahan subkorionik bisa mengakibatkan terjadinya pelepasan plasenta dari dinding rahim sehingga meningkatkan risiko keguguran. Segera hubungi dokter jika mengalami pendarahan selama kehamilan yang berjumlah banyak dan berwarna merah terang, juga disertai adanya kram perut dan rasa ingin mengejan.

6. Adanya infeksi yang terjadi pada organ reproduksi juga bisa menyebabkan perdarahan di awal-awal kehamilan.

Bakteri yang terdapat pada dinding miss V sering menimbulkan infeksi dan rasa tak nyaman ketika hamil. Ketika peradangan terjadi, maka akan menyebabkan iritasi dan mungkin terjadi sedikit perdarahan hingga keluarnya flek darah.

Selain itu, infeksi saluran kemih juga bisa jadi penyebab lainnya. Segera temui dokter jika terjadi beberapa gejala seperti munculnya bercak darah, adanya lendir pada urin, dan rasa sakit yang dirasakan pada saat berhubungan badan.

7. Bercak darah yang keluar di awal-awal kehamilan juga bisa terjadi akibat keguguran.

Keguguran sangat umum terjadi dalam 20 minggu pertama. Sering kali, perdarahan hebat yang terjadi selama keguguran akan disertai dengan gejala lain, seperti kram, sakit perut, hingga mengeluarkan bercak darah yang cenderung menggumpal.

Kalau mengalami perdarahan selama kehamilan di trimester pertama, atau belum hamil karena mengira masih mens, baiknya perhatikan dulu gejalanya. Periksakan ke dokter segera, karena tidak semua perdarahan sifatnya normal dan aman-aman saja. Tetap aware terhadap apa pun yang terjadi di tubuhmu, ya!

Berita Terkait

Berita Terkini