Wanita

Studi: Polusi Udara Berisiko Menyebabkan Kanker Mulut

PM 2,5 atau partikel yang berukuran2,5 mikrometer atau bahkan lebih kecil ini terkenal sebagai penyebab kanker paru-paru, namun kini diduga kuat menyebabkan kanker mulut.

Rauhanda Riyantama

Polusi udara. (pixabay)
Polusi udara. (pixabay)

Himedik.com - Hidup di kota besar seperti Jakarta, bisa dipastikan akan selalu terpapar polusi udara setiap hari. Dan menurut studi terbaru, terlalu sering terpapar polusi udara bisa meningkatkan risiko kanker mulut.

Studi yang dilakukan oleh ilmuwan asal Taiwan ini telah dipublikasikan di The Journal of Investigative Medicine. Dalam studi tersebut, tim peneliti mempelajari risiko polutan seperti Particulate Matter 2,5 (PM 2,5) terhadap kesehatan manusia.

Jika sebelumnya PM 2,5 atau partikel yang berukuran 2,5 mikrometer atau bahkan lebih kecil ini terkenal sebagai penyebab kanker paru-paru, namun kini diduga kuat menyebabkan kanker mulut.

Studi tersebut dilakukan dengan mempelajari data kualitas udara antara tahun 1998 dan 2011 di 66 statiun kontrol kualitas udara di Taiwan. Lantas para peneliti membandingkan dengan rekam data medis dari 482.659 pria yang rata-rata berusia 40 tahun.

Kemudian para peneliti menghitung tingkat eksposur ratusan ribu pria itu terhadap polutan berbahaya. Polutan yang dimaksud adalah karbon monoksida, sulfur dioksida, nitrogen monoksida, nitrogen dioksida, ozon, dan juga berbagai materi partikulat dalam bentuk berbeda.

Tak hanya itu, para peneliti juga memperhitungkan para peserta yang merupakan perokok atau pengguna tembakau kunyah.

Hasilnya pun mengejutkan, ditemukan ada 1.617 orang yang didiagnosis mengidap kanker mulut antara tahun 2012 dan 2013. "Dengan temuan ini semakin menjelaskan bahwa kanker mulut yang diakibatkan PM 2,5 sangat berdampak masif,'' ungkap tim peneliti.

Akan tetapi, studi yang dilakukan oleh tim peneliti masih memiliki keterbatasan pada jumlah pasti konsentrasi PM 2,5 yang masuk dalam mulut peserta.

Sementara di lain pihak, Matthew Loxham, seorang dokter biologi pernapasan dan toksikologi polusi udara di University of Southampton, Inggris menuturkan bahwa temuan terbaru ini menunjukkan ikatan kuat antara paparan PM 2,5 dengan kanker mulut.

"Mudah untuk melihat bahwa paparan PM 2,5 bisa meningkatkan risiko kanker mulut. Partikel karsinogenik yang dihirup akan diperangkap oleh mukus di saluran pernapasan dan kemudian dibatukkan ke dalam mulut. Dari situ PM 2,5 ditelan dan membuat mulut dan saluran pencernaan terpapar," jelas Loxham.

Namun demikian, Loxham mengatakan riset ini tidak menyimpulkan bahwa PM menyebabkan kanker mulut. "Meski peneliti dalam studi ini juga memperhitungkan data perokok dan penggunaan tembakau kunyah, yang keduanya diketahui sebagai penyebab kanker, mereka tidak memperhitungkan status sosioekonomi dari peserta, yang juga punya kemungkinan memiliki peran," kata Loxham.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) pun menegaskan bahwa sekitar 91 persen populasi manusia di dunia hidup pada wilayah dengan kualitas udara yang buruk. Bahkan, polusi udara menyebabkan sekitar 4,2 juta kematian dini di seluruh dunia tiap tahunnya.

Di Indonesia sendiri, khususnya di Jakarta dan Denpasar, pernah berulang kali masuk sebagai salah dua kota paling berpolusi udara di dunia. Predikat tersebut dilaporkan oleh Greenpeace Indonesia.

Greenpeace mengimbau agar warga di kota-kota besar selalu memakai masker saat berada di luar ruangan demi menghindari polusi udara yang masif. Masker yang direkomendasikan bukanlah masker harian berwarna hijau seperti yang dipakai kebanyakan orang, melainkan masker jenis N95 yang mampu mencegah polutan PM 2,5 masuk ke dalam mulut bahkan paru-paru.

Berita Terkait

Berita Terkini