Wanita

Berawal dari Kedutan, Wanita Ini Alami Kerusakan Saraf Permanen

Simak kisahnya di sini.

Vika Widiastuti | Yuliana Sere

Ilustrasi mata kedutan. (pixabay/SofieZborilova)
Ilustrasi mata kedutan. (pixabay/SofieZborilova)

Himedik.com - Seorang guru yang mengalami kedutan, menderita kerusakan saraf permanen setelah tim medis melewatkan gejalanya.

Tanya Rust (29), wanita asal Kanada dilarikan ke rumah sakit setelah kedutan yang ia alami memburuk dan menyebabkan kelumpuhan wajah dalam beberapa jam pada Mei 2017.

Dokter tidak melihat herpes zoster di telinganya. Mereka meyakini, ia mengalami Bell's palsy. Rust akhirnya harus menghabiskan waktunya delapan hari di rumah sakit.

Melansir dari dailymail, ia mendapat diagnosis yang terlambat sehingga mengalami tremor dalam sistem sarafnya.

Rust harus mengenakan headphone peredam bising karena pendengarannya yang hipersensitif. Ia percaya gejalanya dimulai ketika dia mengalami stres saat mengajar kursus di universitas pada Mei 2017.

"Menjelang 13 Mei 2017, saya merasa stres karena saya mengajar, berbicara di konferensi, menyelenggarakan konferensi dan terlibat dalam beberapa komite," ungkapnya.

Saat menghadiri upacara wisuda, Rust memerhatikan kedutan di mata kanannya sebelum merasakan sakit antara telinga dan rahangnya di sisi kanan wajahnya.

Kemudian pada hari yang sama, kedutan menyebar ke seluruh sisi kanan wajahnya. Meskipun dia tahu gejalanya aneh dan tidak biasa, Rust tetap berusaha tenang.

Namun dalam beberapa jam, dia tidak bisa lagi berkedip sehingga dia langsung dilarikan ke rumah sakit. Saat itu, ia juga mengalami mati rasa di sisi kanan wajahnya.

Ia berkata, "Saya bangun pada hari itu dengan rasa sakit di telinga dan rahang namun saya harus menghadiri upacara wisuda.

'Saat upacara, sisi kanan wajah saya mulai berkedut dan rasa sakit semakin memburuk sepanjang hari berkedut menjadi lebih sering.

'Itu adalah sensasi yang aneh dan tidak nyaman karena saya tidak pernah benar-benar mengalami hal itu di wajah saya sebelumnya.

'Pada malam itu, saya tidak bisa mengedipkan mata kanan saya. Saya merasa sangat panik karena itu sepenuhnya di luar kendali saya," tuturnya.

Di rumah sakit, perawat melakukan tes kekuatan di sisi kiri dan kanan tubuhnya. Ia didiagnosis mengalami Bell's palsy dan disuruh kembali untuk menjalani pemeriksaan neurologis pada hari berikutnya.

Dia berkata, "Saya berada di rumah sakit pada jam 10 malam Sabtu malam, sekitar dua jam setelah saya menyadari bahwa saya tidak bisa menutup mata kanan saya.

'Awalnya, mereka melakukan elektrokardiogram untuk mengecek stroke. Kemudian para perawat menyuruhku meremas jari-jari mereka dengan sekuat tenaga dan melihat perbedaan antara bagian kanan dan kiri.

Rust kemudian dipulangkan ke rumah namun ia justru mengalami rasa sakit yang luar biasa dan kelumpuhan lebih lanjut terjadi di wajahnya. Ia menjadi kesulitan makan dan minum.

"Telingaku terasa gatal dan luka, yang saya pikir adalah jerawat dan itu sangat sakit ketika disentuh."

Rust kembali ke rumah sakit dan dokter mendiagnosisnya dengan sindrom Ramsay Hunt (RHS), komplikasi herpes zoster yang dapat disebabkan oleh stres.

"Saya diberi tahu bahwa proses pemulihan akan lebih lambat dan saya mungkin mengalami kerusakan permanen karena herpes zoster."

Kemudian pada bulan September 2017, ia didiagnosis dengan gangguan neurologis fungsional, gangguan yang melemahkan yang mirip dengan penyakit Parkinson.

"Para dokter percaya itu karena saya tidak mendapat perawatan herpes zoster tepat waktu. Karena pendengaran hipersensitif saya, saya harus memakai headphone peredam bising ketika saya keluar," ujarnya.

Dia berkata, "Secara mental saya berjuang melawan pikiran seperti,'Apakah saya akan normal kembali? Atau, Bagaimana jika senyumku tidak pernah kembali?'."

“Harapan saya adalah saya dapat terus menginspirasi orang-orang yang berjuang dengan segala jenis penyakit kronis yang saya tahu sulit untuk mendapatkan dukungan," imbuhnya.

Berita Terkait

Berita Terkini