Wanita

Gara-Gara Pakai Vape, Wanita Ini Alami Pembengkakan Tenggorokan

Pembengkakan tenggorokan itu membuatnya merasa seperti bernapas dalam sedotan.

Yasinta Rahmawati | Shevinna Putti Anggraeni

Ilustrasi vape. (Pixabay)
Ilustrasi vape. (Pixabay)

Himedik.com - Seorang gadis remaja mengalami pembengkakan tenggorokan yang mengancam jiwa akibat kebiasaan penggunaan vape. Akibat kejadian ini, para ahli pun memeringatkan akan bahaya vaping.

Mulanya, pasien yang tidak ingin disebutkan namanya ini mengeluh rasanya seperti bernapas melalui sedotan. Ia juga berhenti makan karena kesulitan menelan.

Menurut petugas medis di Children's National Hospital di Washington DC, sebelumnya wanita ini tidak pernah menderita asma atau penyakit pernapasan lain.

Tapi, wanita ini merasa kondisinya memburuk selama beberapa minggu. Suatu pagi, ia pun mulai kehilangan suaranya dan seolah-olah ada makanan bersarang di tenggorokannya.

Dokter lantas memberinya antihistamin karena diduga mengalami alergi, tetapi obat itu tak meringankan gejalanya.

Sales Promotin Girl dari STIG menunjukkan salah satu produk pada acara "Vape Fair" di JCC, Jakarta, Sabtu (7/9). (Suara.com/Angga Budhiyanto)
Sales Promotin Girl dari STIG menunjukkan salah satu produk pada acara "Vape Fair" di JCC, Jakarta, Sabtu (7/9). (Suara.com/Angga Budhiyanto)

Beberapa hari kemudian, ia pergi ke unit gawat darurat dan diresepkan obat anti-inflamasi selama 3 hari. Saat itu ia mulai merasa membaik, tetapi napasnya kembali terganggu setelah beberapa hari.

Akhirnya, ia pergi ke A&E dengan keluhan gangguan pernapasan akut dan kesulitan menelan makanan. Ia pun dipindahkan ke Rumah Sakit Nasional Anak untuk tes medis lebih lanjut.

Hasil pemeriksaan mengungkapkan tenggorokannya bengkak dan jalan napasnya terhambat oleh lendir berwarna hijau gelap yang tebal.

Dokter mengira ia memiliki infeksi sehingga timmedis menguji sejumlah pantogen pernapasan, termasuk influenza. Tetapi, semua hasil tes medisnya negatif.

Setelah seminggu di rumah sakit, kondisi remaja itu mulai membaik dan sempat dipulangkan. Tetapi, tak lama kemudian ia kembali ke rumah sakit.

Hasil biopsi tidak menunjukkan adanya infeksi jamur, bakteri atau virus. Lantas remaja itu mengaku memiliki kebiasaan menggunakan e-rokok atau vape. Ia selalu menggunakannya 3 hingga 5 kali sehari selama 2 bulan sebelum mengalami gejala.

Kebiasaan merokok menggunakan vape atau e-rokok itulah yang telah memengaruhi kondisi kesehatan remaja tersebut.

Berita Terkait

Berita Terkini