Wanita

Umum Terjadi, Penderita PCOS Berisiko Tinggi Terkena Penyakit Jantung

Namun tampaknya risiko ini tidak bertahan seumur hidup.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi penderita PCOS (shutterstock)
Ilustrasi penderita PCOS (shutterstock)

Himedik.com - Polycystic ovary syndrome (PCOS) dapat menyebabkan ketidakteraturan menstruasi, pertumbuhan rambut berlebih, jerawat, obesitas, dan terbentuknya kista (kantung berisi cairan) di ovarium. Umumnya, ini dialami oleh perempuan usia reproduktif.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa penderita PCOS berisiko mengalami peningkatan penyakit kardiovaskular sebab mereka cenderung kelebihan berat badan, menderita diabetes, serta tekanan darah tinggi.

Sebuah studi baru, yang terbit dalam European Journal of Preventive Cardiology juga mendukung hal tersebut. Kelainan hormon ini lebih mungkin mengembangkan penyakit jantung.

Studi baru ini juga meneliti apakah risiko perkembangan penyakit kardiovaskular ini akan bertahan seumur hidup, lapor The Health Site.

ilustrasi vagina nyeri
ilustrasi perempuan menderita PCOS (Shutterstock)

Penulis studi Clare Oliver-Williams dari University of Cambridge di Inggris berasumsi karena beberapa gejala PCOS hanya ada selama tahun-tahun reproduksi, risiko penyakit jantung juga kemungkinan akan hilang di waktu yang akan datang.

Setelah melakukan studi kepada 60.574 perempuan, peneliti menemukan pederita PCOS memiliki risiko 19 persen lebih tinggi terkena penyakit kardiovaskular.

Namun, studi juga menunjukkan perempuan dengan PCOS yang berusia 50 tahun ke atas tidak memiliki risiko tinggi ini. Risiko hanya ditemukan pada mereka berusia 30-an dan 40-an.

Risiko pada perempuan berusia di bawah 30 tahun hasilnya kurang jelas karena ada yang tidak cukup umur dalam penelitian tersebut.

"Kesehatan jantung tampaknya menjadi masalah khusus bagi perempuan muda (usia produkstif) dengan PCOS. Ini mungkin karena mereka lebih cenderung kelebihan berat badan dan memiliki tekanan darah tinggi dan diabetes dibandingkan dengan teman-teman mereka yang tidak menderitanya," tulis peneliti dalam laporan.

Berita Terkait

Berita Terkini