Wanita

Studi: Perempuan Menopause Berisiko Lebih Tinggi Alami Covid-19 Parah

Sebuah studi menunjukkan bahwa perempuan yang mengalami menopause bisa lebih rentan mengalami Covid-19 parah.

Yasinta Rahmawati | Fita Nofiana

Ilustrasi pasien Covid-19. (Shutterstock)
Ilustrasi pasien Covid-19. (Shutterstock)

Himedik.com - Para peneliti mengatakan bahwa mungkin ada hubungan antara menopause dan gejala Covid-19 parah. Hal ini dikaitkan dengan penurunan estrogen yang signifikan pada perempuan menopause. 

Melansir dari Forbes, sebuah penelitian menunjukkan bahwa orang dengan tingkat estrogen yang lebih rendah tampaknya berisiko lebih tinggi mengalami komplikasi serius setelah didiagnosis dengan Covid-19. Dalam hal ini, perempuan yang menopause mengalami kadar estrogen lebih rendah.

Rata-rata orang mencapai menopause pada usia 51 tahun. Namun, beberapa orang mulai mengalami transisi menuju menopause atau perimenopause sejak pertengahan tiga puluhan. Selama waktu ini kadar estrogen akan turun.

Penelitian yang diterbitkan di medRxiv dan dipimpin oleh King's College London menemukan bahwa tingkat estrogen yang tinggi mungkin memiliki efek perlindungan terhadap Covid-19. Hal ini yang kemudian menempatkan perempuan menopause berada dalam kelompok rentan.

ilustrasi menopause yang dialami perempuan. (Shutterstock)
ilustrasi menopause yang dialami perempuan. (Shutterstock)

Mereka menyimpulkan bahwa estrogen bisa menjadi perlindungan lain terhadap Covid-19. Bersamaan dengan mempertahankan siklus menstruasi Anda, estrogen memainkan peran kunci dalam kesehatan tulang dan kognitif, sistem kekebalan, serta sistem kardiovaskular.

"Kami berhipotesis bahwa wanita pra-menopause dengan tingkat estrogen yang lebih tinggi akan memiliki Covid-19 yang lebih ringan jika dibandingkan dengan wanita yang telah melalui menopause," kata penulis utama bersama Dr. Karla Lee, dari King's College London.

"Selain itu, ketika kami membandingkan kelompok wanita yang lebih muda yang menggunakan pil kontrasepsi oral (COCP) dengan kelompok serupa yang tidak menggunakan COCP, kami melihat Covid-19 yang lebih ringan di antara mereka yang menggunakan COCP," imbuhnya.

Hal ini menunjukkan bahwa hormon pada COCP mungkin menawarkan perlindungan terhadap Covid-19. Meski begitu peneliti menegaskan bahwa masih diperlukan penelitian lebih lanjut.

Berita Terkait

Berita Terkini