Wanita

Menyusui Itu Tidak Mudah, Ketahui 4 Mitos yang Beredar

Tak selalu mulus, ada beberapa faktor yang dapat membuat produksi ASI menjadi sulit.

Yasinta Rahmawati

Ilustrasi menyusui.
Ilustrasi menyusui.

Himedik.com - Proses menyusui, yakni pemberian susu kepada bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI) biasanya berlangsung hingga anak berusia dua tahun. Menyusui adalah penting, karena ASI memuat berbagai nutrisi yang baik untuk anak.

Sayangnya, banyak informasi sesat atau mitos di luar sana tentang menyusui yang masih dipercaya. Berikut dirangkum dari Fatherly, beberapa mitos menyusui.

1. Menyusui itu mudah

Faktanya adalah bahwa menyusui penuh dengan segala macam masalah mulai dari puting yang sakit, hingga pemogokan menyusui.

2. Menyusui hanya memberi manfaat pada bayi

Menyusui bukan hanya tentang kesehatan bayi, tetapi juga kesehatan ibu. "Anda memiliki hormon spesifik yang meningkat dengan menyusui," kata dokter anak Dr. Jay Gordon.

Yang utama di antaranya adalah oksitosin. Ini adalah "hormon pelukan" yang mendorong ikatan ibu dan bayi. Tapi itu lebih dari itu. “Ini membantu rahim kembali ke ukuran normal dan mengurangi kehilangan darah. Ini mungkin mengurangi kejadian depresi pascapersalinan," jelas Gordon.

3. Berat badan bayi yang disusui harusnya tidak turun

Gagasan yang sering didorong oleh dokter dan rumah sakit bahwa bayi yang disusui tidak boleh kehilangan berat badan adalah kesalahan. Sebab jika berpatokan pada berat badan, akan memicu suplementasi formula.

"Bayi kehilangan berat badan. Selama 10 hari pertama, bayi mengalami penurunan berat badan, stabilisasi, dan penambahan berat badan," jelas Gordon. "Seharusnya begitu." ini adalah fluktuasi alami.

4. Semua wanita akan menghasilkan cukup susu jika mereka bekerja cukup keras

Faktanya, dikutip dari Healthline, ada beberapa faktor yang dapat membuat produksi ASI menjadi sulit. Kehilangan darah selama kelahiran, retensio plasenta, ketidakseimbangan hormon, sindrom ovarium polikistik (PCOS) , atau berusia di atas 35 tahun adalah semua penyebab potensial.

Berita Terkait

Berita Terkini