Himedik.com - Wabah virus corona Covid-19 telah berdampak besar pada kehidupan sosial manusia. Semua orang diminta tetap tinggal di dalam rumah dan menjaga jarak sosial demi mencegah penyebaran virus semakin meluas.
Situasi ini pastinya berdampak pada kondisi mental banyak orang, karena mesti lebih banyak menghabiskan waktu di dalam rumah untuk jangka waktu yang belum jelas.
Baca Juga
Targetkan 34 Provinsi Indonesia Punya Cath Lab di Tahun 2025, Ini Langkah yang Diambil Kemenkes
Ini Bahaya Residu Pestisida, Zat Penyebab Mie Instan Indonesia Ditolak Masuk Taiwan
Nyeri Tubuh yang Tak Kunjung Sembuh Bisa Menjadi Tanda Penyakit Fibromyalgia, Apa Itu?
Konsumsi Minuman Panas Tingkatkan Risiko Kanker, Kok Bisa? Begini Penjelasannya
Studi: Jadi Korban Pelecehan Seksual, Perempuan Lebih Berisiko Alami Hipertensi
Apalagi banyak orang juga merasa ketakutan dan cemas akan penularan virus corona yang begitu cepat. Bukan tidak mungkin seseorang bisa mengalami stres berat akibat pandemi global ini.
"Sebelumnya, tekanan sebesar ini belum pernah terjadi, apalagi ini dirasakan oleh semua orang," karta seorang psikoterapis, seperti dikutip dari Fox News.
Bahkan, anak-anak juga dapat merasakan stres akibat wabah virus corona Covid-19. Dr Tali Raviv, associate director Center for Childhood Resilience di Ann & Robert H. Lurie Children's Hospital di Chicago telah mengatakan bahwa wabah ini bisa memengaruhi kesehatan mental anak-anak.

Ketika stres dan rutinitas terganggu, normalnya orang-orang dari segala usia akan mengalami masa-masa sulit karena tak terbiasa. Pada anak-anak, masa-masa ini mungkin akan menyebabkan mimpi buruk, tangisan hingga amarah.
Orangtua juga dapat melihat tanda-tanda kesehatan mental anak terganggu atau mereka stres, seperti tiba-tiba suka mengisap jempol atau mengompol.
Pada anak remaja, Anda mungkin bakal melihat perubahan fisiologis, seperti perubahan tidur dan nafsu makan, berkurangnya energi atau peningkatan gejala fisik, seperti sakit kepala atau perut.
Beberapa anak-anak mungkin juga lebih nyaman menarik diri dari lingkungan sosial atau terbiasa terisolasi. Akhirnya, meningkatnya kekhawatiran tentang kesehatan dan masa depan juga bakal terjadi.
Walaupun semua ini termasuk reaksi normal, orangtua harus mengamati perilaku anaknya dan memperhatikan perubahannya. Dengan begitu, orangtua bisa membantu menjaga kesehatan mental anak-anak.
Adapun tanda-tanda banyak Anda membutuhkan bantuan profesional untuk menghadapi anak-anak, saat terjadi perubahan perilaku selama lebih dari 1 bulan.
Jika kekhawatiran yang lebih mendesak, bisa jadi bakal muncul beberapa dampak seperti pemikiran kematian atau bunuh diri, perilaku merugikan diri sendiri, serangan panik dan agresi fisik atau verbal yang mengancam keselamatan diri sendiri maupun orang lain.