Anak

Bakteri Dalam Usus Memengaruhi Rasa Takut Bayi Terhadap Ancaman, Kok Bisa?

Mikrobioma usus memengaruhi banyak aspek, baik kesehatan fisik maupun mental.

Yasinta Rahmawati | Rosiana Chozanah

Ilustrasi bayi menangis - (Pixabay/joffi)
Ilustrasi bayi menangis - (Pixabay/joffi)

Himedik.com - Mikrobioma usus, atau bakteri di dalam usus, ternyata memengaruhi banyak aspek. Tidak hanya kesehatan secara fisik saja, tetapi juga secara mental. Bahkan, manfaatnya sudah dapat dirasakan sejak masih bayi.

Berdasarkan penelitian baru dari Michigan State University dan University of North Carolina, Chapel Hill, mikrobioma usus pada bayi itu berbeda, terutama dengan respon rasa takut yang kuat dan respon mereka yang lebih ringan.

Respon rasa takut ini, sebagaimana seseorang bereaksi terhadap situasi yang menakutkan, pada bayi dapat menjadi indikator kesehatan mental mereka di masa depan.

"Reaksi ketakutan adalah bagian normal dari perkembangan anak. Anak-anak harus waspada terhadap ancaman di lingkungan mereka dan siap untuk meresponsnya" kata Knickmeyer, profesor di Departemen Pediatri dan Pengembangan Manusia Fakultas Kedokteran Manusia, dilansir Medical Xpress.

Apabila para bayi tidak dapat meredam respon tersebut ketika sedang dalam situasi aman, bayi-bayi itu mungkin memiliki risiko tinggi untuk menderita gangguan kecemasan dan depresi di masa depan.

Ilustrasi bayi tumbuh gigi. (Unsplash)
Ilustrasi bayi (Unsplash)

Sedangkan di sisi lain, bayi yang sering meredam rasa ketakutan mereka dapat mengembangkan sifat tidak berperasaan dan tidak emosional, yang terkait dengan perilaku antisosial.

Untuk menentukan apakah mikrobioma usus terhubung dengan respons rasa takut pada manusia, Knickmeyer dan rekan kerjanya merancang studi percontohan dengan sekitar 30 bayi.

Kemudian peneliti mengkarakterisasi mikrobioma usus para bayi dengan menganalisis sampel tinja dan menilai respon ketakutan mereka dengan tes sederhana, yakni mengamati bagaimana seorang anak bereaksi terhadap seseorang yang memasuki ruangan sambil mengenakan topeng Halloween.

Mengumpulkan semua data, para peneliti melihat hubungan yang signifikan antara fitur spesifik mikrobioma usus dan kekuatan respon ketakutan bayi.

Peneliti menemukan bahwa bayi yang merespon ketakutan secara kuat memiliki lebih banyak jenis bakteri di ususnya, dibanding anak-anak yang keragaman bakteri ususnya lebih sedikit.

Sebagai bagian dari penelitian, tim juga melakukan tes pencitraan pada otak bayi menggunakan teknologi MRI.

Mereka menemukan, keragaman mikrobioma usus pada anak usia satu tahun berkaitan dengan ukuran amigdala, bagian dari otak yang terlibat dalam pembuat keputusan cepat terhadap situasi mengancam.

Jadi, mikrobioma usus dapat memengaruhi bagaimana amigdala berkembang dan bekerja.

"Kami memiliki peluang besar untuk mendukung kesehatan saraf sejak dini. Tujuan jangka panjang kami adalah bahwa kami kami akan mempelajari apa yang dapat kami lakukan untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan yang sehat," pungkas Knickmeyer.

Berita Terkait

Berita Terkini