Info

Waspada! Ini Dampak Penerbangan Terlalu Panjang

Penerbangan yang memakan waktu terlalu lama mengundang risiko selain jet lag, juga deep-vein thrombosis atau pembekuan darah di kaki.

Rauhanda Riyantama

Singapore Airlines. (Instagram/aeroplanum_spotting)
Singapore Airlines. (Instagram/aeroplanum_spotting)

Himedik.com - Maskapai penerbangan Singapore Airlines telah resmi meluncurkan penerbangan komersial terpanjang di dunia dengan rute dari Singapura menuju New York, AS. Durasinya pun tak main-main, yakni mencapai 17 jam 52 menit.

Penerbangan nonstop pertama Singapura - New York ini telah berangkat dari Bandara Internasional Changi pada 11 Oktober 2018 pukul 23.37 waktu Singapura. Kemudian tiba di Bandara Internasional Liberty Newark satu hari kemudian, pukul 05.29 waktu AS bagian Timur.

Rute terpanjang ini menggunakan pesawat Airbus A350 - 900ULR (Ultra Long Range) terbaru. Dijadwalkan berangkat tiga kali seminggu dari Singapura, yakni hari Senin, Kami, dan Sabtu. Jam operasional ini akan dimulai pada 18 Oktober setelah armada pesawat tambahan A350 - 900ULR memasuki layanan.

Terlepas dari segala rekor dan kecanggihan fasilitas yang akan didapat para penumpang, nyatanya penerbangan yang terlalu panjang juga berisiko untuk kesehatan.

Menurut Victoria Sowards, direktur sumber daya keperawatan di PassportHealth, klinik wisata nasional di AS, permasalahannya bukan terletak pada terlalu sering terbang, tapi pada panjangnya durasi penerbangan.

"Penerbangan yang memakan waktu terlalu lama mengundang risiko selain jet lag, juga deep-vein thrombosis atau pembekuan darah di kaki," ungkap Sowards.

Sowards menambahkan, risiko ini bisa disebabkan karena terlalu lama duduk dan kurang bergerak. Deep-vein thrombosis tidak lazim terjadi pada populasi orang muda.

"Mereka yang paling berisiko adalah yang sebelumnya sudah memiliki masalah kesehatan, di mana ada darah tidak mengalir dengan baik. Jika ada riwayat seperti ini, berkonsultasilah dengan dokter apakah boleh mengonsumsi aspirin sebelum terbang," imbuhnya.

Untungnya, sebagian besar masalah kesehatan yang terjadi selama dan setelah penerbangan dapat dihindari dengan mengubah sedikit perilaku. "Kamu perlu berjalan-jalan di dalam pesawat ketika melakukan penerbangan jarak jauh, misalnya penerbangan lintas negara atau lintas benua. Juga lakukan peregangan sesering mungkin," kata Sowards.

Mengenai jet lag, Sowards menyarankan untuk mengonsumsi suplemen melatonin untuk membantu tidur di tempat yang berbeda zona waktu. Tentu, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter mengenai dosis yang diperlukan.

Selain itu, hindari alkohol karena minum alkohol sebelum atau selama penerbangan dapat meningkatkan efek jet lag dan memengaruhi kualitas tidur. Penerbangan yang terlalu lama juga berpotensi membuat dehidrasi. "Minum banyak air putih supaya tidak kekurangan cairan," saran Sowards.

Jangan lupa, bersihkan sandaran tangan dan dudukan toilet dengan tisu disinfektan untuk mencegah risiko infeksi jamur dan kuman. "Pesawat sama dengan tempat publik lainnya, selalu ada risiko untuk penularan kuman terutama jika terdapat penumpang yang sakit di dalam pesawat yang ditumpangi,'' pungkas Sowards.

Berita Terkait

Berita Terkini