Info

Ilmuwan Ungkap Ada Bahaya Tersembunyi di Balik Suplemen Kesehatan

Dari tahun 2007 hingga 2016, peneliti telah menemukan sebanyak 776 produk suplemen kesehatan yang dipasarkan mengandung bahan aktif tersembunyi yang tidak aman atau belum dipelajari.

Agung Pratnyawan | Dwi Citra Permatasari Sunoto

Ilustrasi suplemen kesehatan. (pixabay)
Ilustrasi suplemen kesehatan. (pixabay)

Himedik.com - Semua orang telah melihat tayangan iklan yang menampilkan beberapa produk suplemen. Salah satunya suplemen diet yang menjanjikan dapat membuat konsumen kurus tanpa diet atau olahraga.

Atau suplemen lain yang dapat memperbesar massa otot dan membuat iri para lifter angkat berat lainnya di gym. Belum lagi suplemen lain yang dapat membuat seseorang 'kuat' di ranjang.

Produsen suplemen mengatakan produk mereka terbuat dari bahan alami dan aman dikonsumsi. Tetapi apakah benar demikian?

Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan pada Jumat (12/10/2018) di JAMA Network Open, banyak dari produk tersebut mengandung bahan yang belum disetujui dan tidak diatur dalam bahan aktif farmasi. Para penulis memaparkan bahwa zat tersebut mewakili masalah kesehatan masyarakat yang serius.

Peneliti dari Departemen Kesehatan Publik California menemukan bahwa dari tahun 2007 hingga 2016, sebanyak 776 produk suplemen kesehatan yang dipasarkan mengandung bahan aktif tersembunyi yang tidak aman atau belum dipelajari. Di antaranya, dapoxetine, antidepresan yang tidak disetujui di Amerika Serikat, dan sibutramine, yang termasuk dalam beberapa suplemen penurun berat badan tetapi dilarang oleh pasar AS pada tahun 2010 karena risiko kardiovaskular.

''Sangat membingungkan untuk membayangkan apa yang terjadi di sini,'' kata Dr. Pieter Cohen, seorang profesor kedokteran di Cambridge Health Alliance, Massachusetts. 

Berdasarkan temuan para peneliti California dalam analisis database Food and Drug Administration yang mengidentifikasi suplemen "tercemar", jurubicara departemen Corey Egel memaparkan bahwa penelitian tersebut menjadi dasar untuk penegakan hukum yang sedang berlangsung di bidang ini, baik oleh FDA atau lembaga mitra lainnya, dalam memberantas produksi ilegal, impor, distribusi dan penjualan suplemen kesehatan yang dipalsukan.

Tercemarnya atau dipalsukannya produk menunjukkan bahwa produk tersebut mengandung bahan aktif yang tidak tercantum pada label yang berada di bawah pengawasan FDA.

FDA tidak menggolongkan suplemen kesehatan sebagai obat. Suplemen tersebut malah dianggap sebagai makanan yang mengandung vitamin, mineral, dan kandungan alami lainnya. Produk tersebut tidak dimaksudkan untuk mengobati atau mencegah penyakit dan tidak tunduk pada uji keamanan dan keampuhan sebelum dipasarkan seperti yang dilakukan oleh produsen obat-obatan.

Database FDA melacak masalah yang muncul selama pengawasan paska-pasar, misalnya laporan kejadian buruk dan keluhan konsumen ketika suplemen sudah dikonsumsi. Masalah-masalah ini umumnya membuat FDA mengambil tindakan seperti memberi surat peringatan dan permintaan penarikan sukarela oleh produsen.

Hampir seperlima dari suplemen yang beredar mengandung lebih dari satu bahan yang tidak disetujui. Padahal suplemen yang dipalsukan dapat membahayakan kesehatan apalagi jika bereaksi dengan obat lain.

Cohen setuju, bahwa pasien dengan penyakit jantung mungkin diminta untuk menghindari resep obat disfungsi ereksi karena obat tersebut dapat berekasi dengan obat lain dan menurunkan tekanan darah yang bisa membahayakan.

Sebagai gantinya, pasien beralih ke suplemen yang dijual bebas yang diklaim sebagai produk alami, menganggap bahwa produk tersebut tidak akan menimbulkan risiko yang membahayakan dan itu sangat mengkhawatirkan.

Cohen menyarankan untuk mencari suplemen dengan bahan tunggal, karena kemungkinan mengandung bahan berbahaya lebih rendah, dan jangan pernah percaya suplemen yang secara definitif mengatakan itu dapat meningkatkan kesehatan.

Berita Terkini